MY BLOG

head

head 2

ALL ABOUT ME

My photo
BANDUNG, JAWA BARAT, Indonesia
LENGKAPNYA DIONISIUS KRIS DE YANTO AKA RANGGA (A.K.A CRISS DHYON RANGGA) PERUBAHAN NAMA INI MENCERMINKAN PERUBAHAN HIDUPKU YANG DULUNYA TIDAK TAHU APA-APA DAN SEKARANG MENJADI SESEORANG YANG CEPAT TANGGA[P AKAN SESUATU YANG BARU

13agustus

13agustus3

Sunday, June 18, 2017

KLASIFIKASI 16 TANAMAN OBAT YANG BIASA DIGUNAKAN DALAM PENGOBATAN


Tugas DSSO
Skrining Fitokimia

Image result for stfb





                                                            


Nama : Criss Dhyon Rangga
NPM : 13161010






Tahun Ajaran 2017







BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Tumbuh-tumbuhan mempunyai kedudukan dan peranan yang amat penting dalam kehidupan manusia. Hampir lima dekade terakhir ini timbul ketertarikan yang kuat dalam meneliti tumbuhan sebagai sumber obat-obatan. Ini didasarkan pada beberapa alasan.Pertama, adanya gerakan revolusi hijau yang didasari keyakinan bahwa pengobatan dengan tumbuhan lebih aman dan dapat mengurangi efek samping pada tubuh manusia dibandingkan dengan obat-obatan sintetis. Kedua, adanya fakta bahwa banyak obat-obatan penting yang digunakan sekarang berasal dari tumbuhan Diperkirakan sekitar 30.000 spesies tumbuhan ditemukan di dalam hutan hujan tropika, sekitar 1.260 spesies diantaranya berkhasiat sebagai obat. Pada saat ini, baru sekitar 180 spesies yang telah digunakan untuk berbagai keperluan industri obat dan jamu, tetapi baru beberapa spesies yang telah dibudidayakan secara intensif.Diperkirakan masih banyak tumbuhan berkhasiat obat yang belum diketahui kandungan senyawa aktifnya, sehingga diperlukan penelitian khusus.Agar pengobatan secara tradisional dapat dipertanggung jawabkan maka diperlukan penelitian ilmiah seperti penelitian di bidang farmakologi, toksikologi, identifikasi dan isolasi zat kimia aktif yang terdapat dalam tumbuhan.Tumbuhan dapat digunakan sebagai obat obatan karena tumbuhan tersebut menghasilkan suatu senyawa yang memperlihatkan aktifitas biologis tertentu. Senyawa aktif biologis itu merupakan senyawa metabolit sekunder yang meliputi alkaloid, flavonoid, terpenoid dan steroid.
1.2       Tujuan
            Untuk mengetahui kandungan senyawa aktif dari daun singkong (Manihot Utilisma dan daun papaya (Carica papaya L)











BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Skrining Fitokimia
       Skrining fitokimia adalah tahapan awal untuk mengidentifikasi kandungan kimia yang terkandung didalam tumbuhan, karena pada tahap ini kita bisa mengetahui golongan senyawa kimia yang dikandung tumbuhan yang akan sedang kita uji atau diteliti.
 Metode yang digunakan dalam skrining fitokimia harus memiliki persyaratan :
·                Metodenya sederhana dan cepat
·                Peralatan yang digunakan sedikit
·                Selektif dalam mengindentifikasi senyawa-seyawa tertentu
·                Dapat memberikan informasi tambahan mengenai keberadaan senyawa tertentu  dalam kelompok senyawa yang diteliti
Golongan senyawa kimia dapat ditentukan dengan cara :
·           Uji warna
·           Penetuan kelarutan
·           Bilangan Rf
·           Jenis spectrum UV
·           Senyawa kimia berdasarkan asal biosintesis, sifat kelarutan, gugus fungsi digolongkan menjadi :
·           Senyawa fenol, bersifat hidrofil, berasal dari asam shikhimat
·           Terpenoid, berasal dari lipid, biosintesis nya berasal dari isopentenil pirofopat.
·           Asam organic, lipid dan sejenisnya, biosintesis nya berasal dari asetat.
·           Senyawa nitrogen, bersifat basa dan bereaksi positif terhadap ninhidrint atau dragendrof
·           Gula dan turunannya
·           Makro molekul, umumnya memiliki bobot molekul yang tinggi.
Sedangkan berdasarkan biogesisinya senyawa bahan alam dikelompokan menjadi :
·           Asetogenin : flavonoid, lipid, lignin dan kuinon
·           Karbohidrat : monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida
·           Isoprenoid : terpenoid, steroid dan karetonoid.
·           Seyawa mengandung nitrogen : alkaloid, asam amino, protein dan nukleat.
2.2 Tumbuhan  Singkong (Manihot utilissima Pohl.)
       Singkong (Manihot utilissima) pertama kali dikenal di Amerika Selatan
kemudian dikembangkan pada masa prasejarah di Brasil dan Paraguay. Di
Indonesia, singkong diperkenalkan oleh orang Portugis pada abad ke-16 dari
Brasil dan mulai ditanam secara komersial sekitar tahun 1810. Singkong atau
dalam bahasa daerahnya dikenal dengan ketela pohon, ubi kayu, pohung (Jawa), sampeu (Sunda) dan kaspe (Papua) adalah pohon tahunan daerah tropis dansubtropik dari keluarga Euphorbiaceae .
       Tanaman singkong dapat beradaptasi secara luas di daerah yang beriklim tropis. Di Indonesia, tanaman ketela pohon dapat tumbuh dan berproduksi didaerah dataran rendah sampai dataran tinggi, yakni pada ketinggian antara 10 m – 1500 mdpl. Namun, pertumbuhan dan produksi optimal akan diperoleh di daerahyang memiliki suhu minimum 100C, kelembapan udara antara 60% - 65%, dancurah hujan berkisar antara 700 mm – 1500 mm/tahun. Lahan penanamaan sebaiknya merupakan tempat terbuka dengan penyinaran matahari 10 jam/hari.Jenis tanah yang ideal bagi penanaman ketela pohon adalah jenis tanah alluvial,latosol, podsolik, merah kuning, mediteran, grumosol, dan andosol.Tanahsebaiknya memiliki struktur remah dan konsistensi gembur, banyak mengandungbahan organik, dan memiliki aerasi dan drainase yang baik. Kondisi pH tanahyang paling sesuai adalah 5,8.
2.2.1  Klasifikasi Tanaman
taksonomi tanaman singkong adalah sebagai
berikut:
       Kingdom              : Plantae
       Divisi                    : Spermatophyta
       Sub divisi             : Angiospermae
       Kelas                    : Dicotyledoneae
       Ordo                     : Euphorbiales
       Famili                   : Euphorbiaceae
       Genus                   : Manihot
       Spesies                 : Manihot utilissima Pohl.
2.2.2 Morfologi Tanaman (Manihot utilissima Pohl)
       Singkong (Manihot utilissima) adalah tanaman dikotil. Merupakan tanaman
semak belukar tahunan, ubi kayu tumbuh sekitar 1-4 m dengan daun besar yang
menjari dengan 5-9 belahan lembar daun. Daunnya yang bertangkai panjang
bersifat cepat luruh yang berumur paling lama hanya beberapa bulan. Batangnya
3 memiliki pola percabangan yang khas, yang keragamannya bergantung pada
kultivar. Pada tanaman yang diperbanyak secara vegetatif, akar serabut tumbuh
dari dasar lurus. Umbinya berwarna putih atau kekuningan.Singkong memiliki umbi atau akar pohon yang panjang dengan diameter dan tinggi batang yang beagam tergantung dari varietasnya. Di Indonesia, umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagaisayuran .
2.2.3 Kandungan Kimia Daun Singkong (Manihot utilissima Pohl)
       Daun singkong memiliki berbagai kandungan yaitu, flavonoid, triterpenoid,
saponin, tannin dan vitamin C (Nurdiana, 2013). Di dalam daun singkong
mengandung vitamin A, B1 dan C, kalsium, kalori, fosfor, protein, lemak, hidrat
arang, dan zat besi (Agoes, 2010). Menurut hasil penelitian, daun singkong
termasuk jenis sayuran yang banyak mengandung flavonoid. Kandungan utama
flavonoid daun singkong adalah rutin yang merupakan glikosida kuersetin dengan
disakarida yang terdiri dari glukosa dan shamnosa.
2.3 Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)
       Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman yang sudah dikenal oleh masyarakat dan merupakan tanaman family caricaceae yang berasal dari Meksiko Selatan dan bagian utara dari Amerika Selatan, dan kini banyak ditanam di daerah tropis. Pohon pepaya mempunyai sifat khas, yaitu dapat tumbuh dengan cepat karena
ditanam dari benih, sesudah 6 bulan tingginya mencapai 2 meter dan sudah mulai berbuah. Tanaman tersebut kini menyebar luas dan banyak ditanam di seluruh daerah
tropis untuk diambil buahnya. Pohon pepaya umumnya tidak bercabang atau bercabang sedikit, tumbuh setinggi 5-10 m dengan daun yang membentuk serupa spiral pada batang pohon bagian atas. Daunnya menyirip lima dengan tangkai yang panjang dan berlubang di bagian tengah (Kalie, 1996). Pepaya memiliki tiga jenis bunga, yaitu: bunga jantan, bunga betina, dan bunga hermaprodit. Bunga pepaya memiliki mahkota bunga berwarna kuning pucat dengan tangkai atau duduk pada batang.Bunga jantan tumbuh pada tangkai panjang dan berbentuk ramping dengan mahkota bunga terdiri dari 5 helai dan berukuran kecil. Bunga betina memiliki lima buah putik, berukuran agak besar dan memiliki bakal buah yang berbentuk bulat, sehingga akan menghasilkan buah yang berbentuk bulat juga. Bunga hermafrodit memiliki putik dengan bakal buah dan benang sari.Bunga hermafrodit dibedakan menjadi bunga hermafrodit elongate, bunga hermafrodit pentadria, dan bunga hermafrodit antara.Bentuk buah pepaya bulat hingga memanjang, dengan ujung biasanya meruncing.Warna buah ketika muda hijau gelap, dan setelah masak hijau muda hingga kuning.Bentuk buah membulat bila berasal dari tanaman betina. Bagian tengah buah berongga .
2.3.1 Klasifikasi Tanaman (Carica papaya L.)
            Kingdom         : Plantae (Tumbuhan)
            Divisi               : Magnoliophyta (Tumbuhan Berbunga)
Kelas               : Magnoliopsida (Tumbuhan Dikotil)
Ordo               : Violales
Famili              : Caricaceae
Genus              : Carica L.
            Spesies            : Carica papaya L.
2.3.2. Morfologi Pepaya (Carica papaya L.)
Akar tanaman ini berupa akar tunggang, karena akar tembaga tumbuh menjadi akar pokok yang bercabang menjadi akar-akar yang lebih kecil memiliki bentuk bulat dan berwarna putih kekuningan.Akar-akar ini tidak berasal dari calon akar yang asli atau sering juga disebut dengan akar liar.Sedangkan untuk batangnya, berbentuk bulat dengan permukaan batang penuh dengan bekas-bekas daun patahan dari tangkai daunnya.Batang ini tumbuh tegak lurus, memiliki rongga-rongga dan sedikit bercabang.Tinggi batang bisa mencapai antara 5 – 10 meter.
Pada bagian daunnya, tanaman Pepaya memiliki daun tunggal dengan ukuran yang cukup besar.Daun pada tanaman ini berjari, bergigi dan memiliki tangkai daun yang panjang dan memiliki warna putih kekuningan.Helai daunnya berbentuk seperti telapak tangan, jika dilipat jadi dua bagian akan terlihat bentuk simetris dari daun Pepaya tersebut. Permukaan daun Pepaya bersifat licin, mengkilat, dengan daging seperti perkamen. Untuk bunga tanaman Pepaya, tergolong bunga majemuk terletak dengan sebuah tangkai.Bunga tanaman Pepaya memiliki 3 jenis, yaitu bunga Jantan, Betina, dan Sempurna. Bunga jantan yaitu bunga yang terdiri dari benang sari saja,
sedangkan bunga betina hanya terdiri dari putik saja, kemudian bunga sempurna terdiri dari keduanya (benang sari dan putik). Bunga Pepaya memiliki mahkota yang terdiri dari 5 kelopak yang melingkar dengan benang sari atau putik sebagai pusatnya.Tanaman ini tergolong tanaman polygamous karena 3 jenis bunga yang dimilikinya.Karena memiliki jenis-jenis bunga tersebut, penyerbukan yang dilakukan adalah penyerbukan silang.Buah Pepaya berupa buah sejati, yaitu buah yang terdiri dari bunga dengan satu bakal buah.Buahnya terletak pada ketiak tangkai dengan warna kulit hijau muda hingga tua, dengan daging buah yang cukup tebal berwarna kuning kemerahan, dengan bentuk buah bulat atau sedikit lonjong.Pada dagingnya terbenam banyak sekali biji-biji berukuran kecil berwarna hitam atau coklat berbentuk sedikit lonjong.
2.3.3 Kandungan Kimia Daun Pepaya (Carica papaya L.)
          Kandungan kimia dari daun pepaya adalah alkaloid karpain, dehidrokarpain, tflavonoid, tannin, nikotin, prunasin dan glikosida sianogenik. Selain itu daun pepaya juga mengandung enzim papain yang dilaporkan merupakan enzim proteolitik cistein dimana enzim ini mempunyai kemampuan proteolitik, yaitu mampu memecah molekul – molekul protein menjadi bentuk asam amino menyatakan papain mampu menembus kulit telur akibatnya dapat menganggu perkembangan larva yang ada dalam telur cacing Ascaris suum dan bahkan dapat membunuh larva cacing oleh daya proteolitik enzim tersebut. Daun pepaya juga mengandung benzil-isothyocianate (BITC) yang dapat menghambat asupan glukosa sehingga cacing akan kekurangan glukosa dan secara otomatis akan menyebabkan kekurangan energi dalam tubuh cacing, dan pada akhirnya menyebabkan kematian cacing
2.4 Tanaman Cengkeh (Syzygium aromaticum)
          Pohon cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh dengan tinggi 10-20 m. Mempunyai daun berbentuk lonjong yang berbunga pada pucuk-pucuknya.Tangkai buah pada awalnya berwarna hijau, dan berwarna merah jika bunga sudah mekar. Cengkeh (Syzygium aromaticum) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki batang pohon besar dan berkayu keras cengkeh mampu bertahan hidup puluhan bahkan sampai ratusan tahun, tingginya dapat mencapai 20 -30 meter dan cabang-cabangnya cukup lebat. 
Cabang-cabang dari tumbuhan cengkeh tersebut pada umumnya panjang dan dipenuhi oleh ranting-ranting kecsil yang mudah patah.Mahkota atau juga lazim disebut tajuk pohon cengkeh berbentuk kerucut. Daun cengkeh berwarna hijau berbentuk bulat telur memanjang dengan bagian ujung dan panggkalnya menyudut. Bunga dan buah cengkeh akan muncul pada ujung ranting daun dengan tangkai pendek serta bertandan.Pada saat masih muda bunga cengkeh berwarna keungu-unguan, kemudian berubah menjadi kuning kehijau-hijauan dan berubah lagi menjadi merah muda apabila sudah tua. Sedang bunga cengkeh kering akan berwarna coklat kehitaman dan berasa pedas sebab mengandung minyak atsiri. Umumnya cengkeh pertama kali berbuah pada umur 4-7 tahun Dari sudutbotanis, tanaman cengkeh adalah termasuk famili Myrtacea dan sekerabat dengan jambu air(Eugenia Jambos).
2.4.1  Klasifikasi Tanaman (Syzygium aromaticum (L.) Merr.& Perry)
Divisi                  : Spermatophyta
Subdivisi            : Angiospermae
Kelas                  : Dicotyledonae
Bangsa               : Myrtales
Suku                   : Myrtaceae
Marga                 : Syzygium
Jenis                   : Syzygium aromaticum (L.) Merr.& Perry
2.2.2 Morfologi Tanaman (Syzygium aromaticum (L.) Merr.& Perry)
            Daun cengkeh tidak termasuk daun lengkap karena memiliki tangkai daun (petiolus), helaian daun (lamina), namun tidak memiliki upih/pelepah daun (vagina). Daunnya berbentuk lonjong dan berbunga pada bagian ujungnya.Termasuk daun majemuk karena dalam satu ibu tangkai ada lebih dari satu daun.
            Batangdari pohon cengkeh biasanya memiliki panjang 10-15 m. Batang berbentuk bulat (teres), permukaan batangnya kasar biasanya memiliki cabang-cabang yang dipenuhi banyak ranting atau dapat dikatakan lebat rantingnya. Arah tumbuh batangnya tegak lurus (erectus) dan cara percabangan dari rantingnya dapat dikatakan monopodial karena masih dapat dibedakan antara batang pokok dan cabangnya. Lalu arah tumbuh cabangnya adalah condong ke atas (patens).Selain itu pohon cengkeh dapat bertahan hidup hingga puluhan tahun. Tangkainya kira-kira1-2,5 cm.
            Sistem akarnya tunggang, akar ini merupakan akar pokok (berasal dari akar lembaga) yang kemudian bercabang-cabang.Bentuk akar tunggangnya termasuk berbentuk tombak (fusiformis) pada akar tumbuh cabang yang kecil-kecil.Akar kuat sehingga bisa bertahan sampai puluhan bahkan ratusan tahun.Akarnya biasanya mampu masuk cukup dalam ke tanah. Perakaran pohon cengkeh relatif kurang berkembang,tetapi bagian yang dekat permukaan tanah banyak tumbuh bulu akar.Bulu akar tersebut berguna untuk menghisap makanan. Pohon cengkeh mampu menghasilkan biji setelah penanaman 5 tahun.Bijinya terdiri dari kulit (spedodermis), tali pusar (funiculus), dan inti biji (nukleus seminis).Walaupun dalam jangka 20 tahun masih dapat menghasilkan biji, biji ini dapat dikatakan sudah tidak menguntungkan.Hal ini dikarenakan kualitasnya telah menurun dan tidak dapat digunakan lagi untuk industri, misal rokok.
            Bunga cengkeh muncul pada ujung ranting daun (flos terminalis) dengan tangkai pendek dan bertandan (bunga bertangkai nyata duduk pada ibu tangkai bunga). Bunga cengkeh termasuk bunga majemuk yang berbatas karena ujung ibu tangkainya  selalu ditutup bunga. Bunga terdiri dari tangkai (pedicellus), ibu tangkai (pedunculus), dan dasar bunga (repectaculum). Bunga cengkeh adalah  bunga tunggal (unisexualis) jadi masih dapat dibedakan menjadi bunga jantan (flos masculus) dan betina (flos femineus). Dasar bunganya (repectaculum) menjadi pendukung benang sari dan putik (andoginofor).
            Cengkeh memiliki tangkai buah yang pada masa awal berwarna hijau dan saat sudah mekar berwarna merah.Buahnya termasuk buah semu karena ada bagian bunga yang ikut ambil bagian dalam pembentukan buah. Buah cengkeh memiliki tangkai buah yang pada masa awal berwarna hijau dan saat sudah mekar berwarna merah. Buahnya secara umum tersusun atas bagian-bagian secara umum pada kulit buah antara lain epikarpium, mesokarpium, dan endokarpium. Selain itu ada septum dan ovarium.
2.4.3    Kandungan Kimia (Syzygium aromaticum (L.) Merr.& Perry)
           
Kandungan kimia padadaun cengkeh yaitu Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolik sekunder yang paling banyak ditemukan di dalam jaringan tanaman. Flavonoid termasuk dalam golongan senyawa fenolik dengan struktur kimia C6-C3-C6. Berbagai jeni senyawa, kandungan dan aktivitas antioksidatif flavonoid sebagai salah satu kelompok antioksidan alami yang terdapat pada sereal, sayur-sayuran dan buah,  telah banyak dipublikasikan. Flavonoid berperan sebagai antioksidan dengan cara mendonasikan atom hidrogennya atau melalui kemampuannya mengkelat logam, berada dalam bentuk glukosida (mengandung rantai samping glukosa) atau dalam bentuk bebas yang disebut aglikon flavonoid merupakan senyawa yang larut dalam air. Senyawa yang merupakan golongan terbesar dari fenol ini dapat diekstraksi dengan etanol 70%.Apabila fenol yang berasal dari tumbuhan ini dilarutkan dengan etanol, maka oksidasi enzim dapat dicegah sehingga mencegah kerja enzim fenolase yang dapat merusak struktur fenol.Efek flavonoid terhadap macam-macam organisme sangat banyak dan dapat menjelaskan mengapa tumbuhan yang mengandung flavonoid dipakai dalam pengobatan tradisional.Flavonoid dapat bekerja sebagai inhibitor kuat pernafasan.Flavonoid menghambat fosfodiesterase, aldoreduktase, protein kinase, balik transcriptase, DNA polymerase dan lipooksigenase.Flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang baik, mereka menghambat banyak reaksi oksidasi, baik secara enzim maupun non enzim.
Flavonoid mampu menstimulasi 16% peningkatan pengeluaran insulin dari sel β pankreas. Aksi tersebut terjadi melalui pengaturan peroxisome proliferators activated receptors (PPAR α dan PPAR γ). Aksi flavonoid yang bermanfaat pada  kondisi hiperglikemia adalah kemampuannya untuk menstimulasi pengambilan glukosa pada jaringan perifer, mengatur aktivitas dan ekspresi enzim yang terlibat dalam jalur metabolisme karbohidrat dan bertindak menyerupai insulin (insulinomimetic), dengan mempengaruhi insulin signaling.
2.5       Tumbuhan Pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb)
            Klasifikasi dan Morfologi Daun Pandan Wangi – Daun pandan adalah salah satu tanaman yang termasuk kedalam tumbuhan monokotil yang dalam satu genus padanus.Tanaman  daun pandan ini berasal dari tropika yang menyebar luas keberbagai daerah seperti Afrika Timur, Asia Tenggara, Australia hingga kepulauan pasifik. Tanaman daun pandan ini pada umumnya memiliki daun memanjang, dengan bagian tepi bergerigi, perakaran tunjang dan menopang, buah pandan tersusun dalam satu karangan yang berbentuk bulat. Berdasarkan pakar botani tanaman daun pandan wangi ini dapat diklasifikasi dan morfologi sebagai berikut :
2.5.1    Klasifikasi Tanaman (Pandanus amaryllifolius Roxb)
            Kingdom         : Plantae
            Subkingdom    : Trachebionta
            Super Divisi :  Spermatophyta
            Divisi               : Magnoliophyta
            Kelas               : Liliopsida
            Sub kelas         : Arecidae
            Ordo                : Pandales
            Famili              : Pandanaceae
            Genus :            Pandanus
            Spesies            : Pandanus amaryllifolius Roxb.
2.5.2    Morfologi Tanaman  (Pandanus amaryllifolius Roxb)
            Akar tanaman ini berserabut, akar tunjang yang menopang pada tanaman lainnya, perakaran ini memiliki panjang mencapai 30-60 cm bahkan lebih, berwarna kecokalatan dan juga dapat mencapai kedalaman tanah 30 cm. Batang tanaman daun pandan ini menjalar, berbentuk bulat, lunak, bercabang dan juga dapat mencapai 2 meter bahkan lebih.Batang daun pandan ini juga di kenal sebagai batang perdu atau tanaman perdu yang dapat meneduhkan sekitar tanaman daun pandan tersebut. Daun pandan ini memanjang, yang berbentuk hampir menyerupai daun palem atau rumput, yang memiliki bagian tepi bergerigi, pangkal ujung merucing, dengan pertulangan yang menonjol memanjang. Daun pandan ini juga tersusun dalam beberapa garis spiral yang mencapai 3-4 garis, pada umumnya daun pandan ini berwarna kehijauan muda hingga tua. Bunga daun pandan ini merupakan bunga yang majemuk, bebentuk dalam tandan atau tongkol yang berwarna putih.Bunga ini terletak pada ketiak daun pelindung dan juga terletak di sekitar ujung bagian batang.Bunga ini biasanya dapat menyerbuk dengan alami maupun dengan bantuan hewan sekitar. Buah daun panda  berbentuk bulat, dengan permukaan bergerigi dan memiliki duri halus, pada umumnya buah ini memiliki  ukuran yang sangat bervariasi mulai 4 – 7 cm bahkan lebih. Buah ini berwarna kehijuan dengan corak yang kemerahan sedikit yang memiliki biji dalam setiap buahnya. Biji dalam buah ini dapat berkisar antara 10-20 bahkan lebih, dengan  bentuk bulat, pipih, dan juga berdaging halus serta berwarna abu – abu atau kecoklatan.
2.6 Tinjauan Umum Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav)
2.6.1 Klasifikasi Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav)
                        Kingdom         : Plantae
                        Divisi               : Magnoliophyta
                        Subdivisi         : Angiospermae
                        Kelas               : Magnoliopsida
                        Ordo                : Piperales
                        Famili              : Piperaceae
                        Genus              : Piper
                        Spesies            : Piper crocatum Ruiz & Pav             
2.6.2 Morfologi Sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav)
          Tanaman sirih merah ditemukan di bagian Timur pantai Afrika. Sirih merah merupakan tanaman yang menjalar dan merambat pada batang pokok di sekelilingnya dengan daunnya yang pipih seperti gambar hati. Tangkainya agak memanjang, tepi daunnya rata, ujung daun meruncing, pangkal daun berlekuk, tulang daun menyirip, dan daging daunnya tipis. Permukaan daunnya hijau kemerahan, tidak mempunyai bunga dan batangnya bulat. Sirih merah mempunyai  permukaan kulit yang  kasar serta berkerut. Sirihpun  hidup subur dengan ditanam diatas tanah gembur yang tidak terlalu lembab. Sirih merah  merupakan tumbuhan yang memanjat dengan menggunakan akar-akar pelekar. Panjang batangnya mencapai 5-15 m. berdaun tunggal dan betangkai. Tanaman ini tidak menyukai panas, dan air yang berlebihan. Sirih merah berkembang biak secara vegetatif dengan stek,cangkok, dan perundukan. Memiliki sulur yang  panjangnya 20-30 cm. Sirih merah ini memiliki daun yang panjangnya 15-20 cm. Tanaman ini mampu beradaptasi dengan
lingkungan
.
2.6.3 Kandungan kimia Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav)
          Daun sirih merah mengandung  senyawa fitokimia yaitu alkaloid, saponin, tanin dan flavonoid. Senyawa-senyawa flavonoid adalah senyawa-senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom karbon, terdiri dari dua cincin benzena yang dihubungkan menjadi satu rantai linier yang terdiri dari tiga atom karbon. Senyawa falvonoid sebenarnya terdapat disemua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, bunga, buah, dan biji. Kebanyak flavonoid ini berada di dalam tumbuh-tumbuhan, kecuali alga. Flavonoid ini berfungsi sebagai menurunkan kadar glukosa darah, antioksidan, antikanker, antiseptik, dan antiinflamasi. Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol dan telah terdeteksi dalam lebih dari 90 suku tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis sel darah merah. Saponin pada sirih merah berfungsi sebagai antimikroba (bakteri dan virus). Tanin merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman dan disintesis oleh tanaman. Tanin tergolong senyawa polifenol dengan karakteristiknya yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan makromolekul lainnya. Tanin dibagi menjadi dua kelompok yaitu tanin yang mudah terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Tanin yang mudah terhidrolisis merupakan polimer gallic atau ellagic acd yang berikatan ester dengan sebuah molekul gula, sedangkan tanin terkondensasi merupakan polimer senyawa flavonoid dengan karbon-karbon. Tanin berfungsi sebagai antimikroba (bakteri dan virus). Minyak atsiri adalah cairan jernih berbau seperti tanaman asalnya. Biasanya terdapat dalam kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh sekresi atau rambut kelenjar aromatis, minyak atsiri berfungsi menolak kehadiran binatang. Kebanyak minyak atsiri bersifat antibakteri dan antijamur yang kuat. Minyak atsiri berperan sebagai antibakteri dengan cara menganggu proses terbentuknya membran atau dinding sel sehingga tidak terbentuk sempurna. Daun sirih mengandung karvakrol bersifat desinfektan, anti jamur, sehingga bisa digunakan untuk obat antiseptik pada bau mulut dan keputihan. Alkaloid adalah bahan organik yang mengandung nitrogen sebagai bagian dari sistim heterosiklik. Fungsi dari alkaloid yakni menurunkan kadar glukosa darah, antioksidan, antikanker, antiseptik, dan antiinflamasi. Eungenol berfungsi sebagai pereda nyeri atau analgesik, dan karvakol berfungsi sebagai desinfektan dan antijamur.
2.7 Tumbuhan Lidah Mertua (Sanseviera laurentii [N. E. Br] De Wild)
2.7.1 Klasifikasi Lidah Mertua (Sanseviera laurentii [N. E. Br] De Wild)
                        Kingdom         : Plantae
                        Divisi               : Spermatophyta
                        Sub divisi        : Angiospermae
                        Kelas               : Monocotyledoneae
                        Bangsa                        : Liliales
                        Famili              : Piperaceae
                        Marga              : Sansevieria
                        Spesies            : Sanseviera laurentii [N. E. Br] De Wild)     
2.7.2 Morfologi Daun Lidah Mertua (Sanseviera laurentii [N. E. Br] De Wild)
            Akar lidah mertua berbentuk serabut berwarna putih ini tumbuh dari bagian pangkal daun dan menyebar ke segala arah di dalam tanah.     Selain terdapat akar juga terdapat organ yang menyerupai batang yang dikenal sebagai rimpang atau rhizoma yang berfungsi sebagai tempat  penyimpanan sari-sari makanan hasil fotosintesis. Rimpang menjalar dibawa dan kadang-kadang di atas permukaan tanah. Ujung organ ini merupakan jaringan meristem yang selalu tumbuh memenajang Lidah mertua merupakan tanaman herba yang tidak bertangkai. Karena sosok tanamannya berbentuk pedang panjang yang tegak dengan ujungnya lancip dan bergelombang. Tinggi lidah mertua 0,4 m- 1,8 m. Panjang 85cm. Daunnya berdaging tebal tetapi mudah patah karena liat. Tanaman ini mudah di kembangbiakan dengan stek daun dan memisahkan batang
            Bunga lidah mertua termasuk bunga berumah kedua. Putik dan serbuk sari tidak berada dalam satu kuntum bunga. Bunga ini mengeluarkan aroma wangi, terutama pada malam hari. Biji lidah mertua berkeping tunggal seperti tumbuhan monokotil lainnya. Bagian paling luar dari biji berupa kulit tebal yang berfungsi sebagai lapisan pelindung. Di sebelah dalam kulit terdapat embrio yang merupakan bakal calon tanaman.
2.7.3 Kandungan Kimia Lidah Mertua (Sanseviera laurentii [N. E. Br] De Wild)
          Tanaman lidah mertua (Sanseviera laurentii [N. E. Br] De       Wild) digunakan sebagai tanaman hias. Dapat menyerap polusi seperti asap rokok, asap kendaraan bermotor, dan zat-zat berbahaya lainnya yang ada di udara. Di negara aslanya Afrika, tanaman ini diambil seratnya untuk dibuat tali. Di Jepang , serat lidah mertua dibuat untuk dijadikan kain. Masyarakat menggunakan tumbuhan ini sebagai penyubur rambut, pengatur gula darah penderita diabetes, sifilis, pengobat flu, TBC, dan penyakit kulit.
           Buah lidah mertua memiliki rasa yang pahit, manis, serta bersifat sejuk sedikit astringen. Lidah mertua memiliki rasa pedas dan bersifat netral. Akarnya rasa tawar dan bersifat netral. Senyawa kimia pada buah lidah mertua yaitu vitamin C, tanin, glucogallin, galc acid, corilagin. Biji  lidah mertua mengandung linolenic acid, linoleic acid, dan olec stearic acid. Daun lidah mertua mengandung saponin, kardenolin, dan polifenol. Saponin adalah jenis glikosida yang banyak ditemukan dalam tumbuhan. Saponin memiliki karakteristik berupa buih. Sehingga ketika direaksikan dengan air dan dikocok maka akan terbentuk buih yang dapat bertahan  lama. Saponin mudah larut dalam air dan tidak tarut dalam eter. Saponin memiliki rasa pahit menusuk dan menyebabkan bersin serta iritasi pada selaput lendir. Saponin merupakan racun yang dapat menghancurkan butir darah atau hemolisis pada darah. Saponin bersifat racun bagi hewan  berdarah dingin dan banyak diantaranya digunakan sebagai racun ikan. Saponin yang bersifat keras atau racun biasa disebut sebagai sapotoksin
            Senyawa polifenol, Fenol merupakan senyawa dengan gugus – OH yang terikat langsung pada cincin aromatik. Senyawa fenol banyak terdapat di alam dan merupakan intermediet bagi industri untuk berbagai macam produk seperti adhesif dan antiseptik. Fenol dapat dipakai sebagai disinfektan. Polifenol memiliki spektrum luas dengan sifat kelarutan pada suatu pelarut yang berheda-beda. Hal ini disebabkan oleh gugus hidroksil padasenyawa tersebut yang memiliki jumlah berbeda dan posisi berbeda. Dengan demikian, ekstraksi menggunakan berbagai pelarut akan menghasilkan komponen polifenol yang berbeda. Sifat antibakteri yang dimiliki oleh setiap senyawa yang diperoleh dari ekstraksi tersebut juga berbeda.
2.8 Tanaman Jambu biji (Psidium guajava L.)
2.8.1 Klasifikasi Tanaman (Psidium guajava L.)

Kerajaan            : Plantae
Divisi                 : Spermatophyta

Sub divisi           : Angiospermae

Kelas                  : Dicotyledoneae

Bangsa               : Myrtales

Suku                  : Myrtaceae

Marga                : Psidium

Jenis                   : Psidium guajava L.
2.8.2 Morfologi Tanaman (Psidium guajava L.)

            Jambu biji (Psidium guajava L.) tersebar meluas sampai ke Asia Tenggara termasuk Indonesia, sampai Asia Selatan, India dan Srilangka. Tumbuh pada tanah yang gembur maupun liat, pada tempat terbuka, dan mengandung air yang cukup banyak. Pohon jambu biji banyak ditanam sebagai pohon buah-buahan. Namun sering tumbuh liar dan dapat ditemukan pada ketinggian 1 m sampai 1.200 m dari permukaan laut. Jambu biji berbunga sepanjang tahun.Jambu biji termasuk tanaman perdu dan memiliki banyak cabang dan ranting, batang pohonnya keras. Permukaan kulit luar pohon jambu biji berwarna coklat dan licin. Apabila kulit kayu jambu biji
tersebut dikelupas, akan terlihat permukaan batang kayunya basah. Bentuk daun umumnya bercorak bulat telur dengan ukuran yang agak besar. Bunganya kecil-kecil berwarna putih dan muncul dari balik ketiak daun. Pada umur 2-3 tahun jambu biji sudah mulai berubah. Bijinya banyak dan terdapat pada daging buahnya. Buah jambu biji yang banyak digemari oleh masyarakat adalah yang mempunyai sifat unggul antara lain berdaging lunak dan tebal, rasanya manis, tidak mempunyai biji, dan buahnya berukuran besar. Terdapat beberapa jenis jambu biji yang diunggulkan yaitu jambu pasar minggu, jambu bangkok, jambu palembang, jambu sukun, jambu apel, jambu sari, jambu merah, dan jambu merah getas
2.8.3 Kandungan Kimia Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)
           
            Daun jambu biji (Psidium guajava L.) mengandung tanin, minyak atsiri (eugenol), minyak lemak, damar, zat samak, triterpenoid, asam melat dan asam apel. Bersifat netral, berasa manis, berkhasiat astringen (pengelat), antidiare, antiradang, penghentian pendarahan dan peruruh haid. (Kris, 2009) Sedangkan pada bunganya tidak bayak mengandung tanin. Buahnya mengandung asam amino, pektin, kalsium, fosfor, besi, mangan, magnesium, belerang dan vitamin (vitamin A, B1 dan C). Vitamin C pada jambu biji (Psidium guajava L.) berkonsentrasi pada kulit dan danging bagian luarnya yang lunak dan tebal. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) juga mengandung tanin, yang menimbulkan rasa sepat pada buah juga berfungsi melancarkan sistem pencernaan, sirkulasi darah, dan berfungsi untuk menyerang virus. Buahnya juga mengandung kalium yang berfungsi untuk meningkatkan keteraturan denyut jantung, mengaktifitaskan kontraksi otot, mengatur pengirimian zat-zat gizi lain ke sel-sel tubuh, mengendalikan keseimbangan cairan pada jaringan dan sel tubuh serta menurunkan kadar kolesterol serta tekanan darah tinggi


2.9 Tumbuhan salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp)

2.9 1 Klasifikasi salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp)

Kingkom            : Plantae
Super devisi       : Spermatophyta
Kelas                  : Dicotyledonede
Ordo                  : Myrtales
Famlily               : Myrtaceae
Genus                : Syzygium
Spesies               : Syzygium polyanthum (Wight) Walp
2.9.2 Morfologi Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp)
         
          Salam menyebar di Asia Tenggara, mulai dari Burma, Indocina, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatra, Kalimantan dan Jawa. Pohon ini ditemukan tumbuh liar di hutan-hutan primer dan sekunder, mulai dari tepi pantai hingga ketinggian 1.000 m (di Jawa), 1.200 m (di Sabah) dan 1.300 mdpl (di Thailand), kebanyakan merupakan pohon penyusun tajuk bawah.Disamping itu salam ditanam di kebun-kebun pekarangan dan lahan-lahan wanatani yang lain, terutama untuk diambil daunnya. Daun salam liar hampir tak pernah dipergunakan dalam masakan, selain karena baunya sedikit berbeda dan kurang harum, salam liar juga menimbulkan rasa agak pahit. Tinggi tumbuhan salam (Syzygiumpolyanthum (Wight) Walp) dapat mencapai 25 m. Batangnya berbentuk bulat, permukaan licin dan warna putih kecoklatan. Diameter batang dapat mencapai 1,3 m. Akar tunggang dengan warna coklat muda. Daunya majemuk, meyirip genap dan lebat bentuknya bulat lonjong. Permukaannya licin, tepi rata, ujung dan pangkal daun meruncing. Panjang daun 10-14 cm, lebar 4-8 cm. Panjang tangkai sekitar 1cm. Pertulangan daun meyirip, permukaan atas daun hijau tua dan permukaan bawah hijau muda. Bunga kecil dan berbau wangi. Buah buni dan bulat, saat buah masih muda berwarna hijau setelah tua berwarna merah atau coklat kehitaman. Biji bulat dengan diameter 1 cm yang berwarna coklat.
2.9.3 Kandungan Kimia Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp)
          Daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp) memiliki kandungan kimia seperti minyak atsiri (0,05%) yang mengandung sitral, eugenol, tannin, dan flavonoida.Ekstrak etanol dari daun salam berfungsi sebagai zat anti jamur dan antibakteri, sedangkan ekstrak metanolnya berkhasiat sebagai zat anti cacing. Tanin sering ditemukan di tumbuhan yang terletak terpisah dari protein dan enzim sitoplasma, tetapi bila jaringan rusak maka reaksi penyamakan dapat terjadi. Tanin merupakan senyawa inti berupa glukosa yang dikelilingi oleh lima gugus ester galoil atau lebih dengan inti molekulnya berupa senyawa dimer asam galat, yaitu asam heksahidroksidifenat yang berikatan dengan glukosa. Tanin merupakan senyawa fenol berfungsi untuk menghambat pertumbuhan bakteri dengan memunculkan denaturasi protein dan menurunkan tegangan permukaan, sehingga permeabilitas bakteri meningkat serta menurunkan konsentrasi ion kalsium, menghambat produksi enzim dan menganggu proses reaksi enzimatis sehingga menghambat terjadinya koagulasi plasma yang diperlukan oleh bakteri dengan adanya kerusakan dan peningkatan permeabilitas sel bakteri menyebabkan pertumbuhan sel terhambat dan akhirnya dapat menyebabkan kematian sel. Tanin merupakan senyawa aktif yang memiliki aktifitas antibakteri. Mekanisme kerja dari senyawa ini adalah menghambat aktivitas beberapa enzim untuk menghambat rantai ligan di beberapa reseptor. Mekanisme kerja tanin sebagai antimikroba berhubungan dengan kemampuan tanin dalam menginativasi adhesin sel mikroba (molekul yang menempel pada sel inang) yang terdapat pada permukaan sel. Tanin, dalam konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan pada konsentrasi tinggi, tanin bekerja sebagai antimikroba dengancara mengkoagulasi atau menggumpalkan protoplasma kuman, sehingga terbentuk ikatan yang stabil dengan protein kuman dan pada saluran pencernaan, tanin juga diketahui mampu mengugurkan toksin. Flavonoid tersebar dalam fotosintesi sel dan tersebar luas di semua tanaman. Senyawa ini dapat ditemukan di buah-buahan, sayuran, kacangkacangan, biji-bijian, batang dan bunga. Flavonoid adalah istilah genetik yang digunakan untuk aromatik senyawa oksigen heterosiklik yang berasal dari 2-phinil-benzo(α) pirin atau inti flavon yang terdiri dari dua cincin benzene (A dan B) dihubungkan melalui cincin pirin heterosiklik (C). flavonoid telah diteliti bahwa flavonoid mempunyai aktivitas biologis dan farmakologis, antara lain sebagai antibakteri karena flavonoid mempunyai gugus hidroksil, anti inflamasi, inhibisi enzim, aktivitas alergi, aktivitas antitumor sitotoksik.Flavonoid mempunyai aktivitas antibakteri karena flavonoid mempunyai kemampuan berinteraksi dengan DNA bakteri dan menghambat fungsi membran sitoplasma bakteri dengan mengurangi fluiditas dari membran dalam dan membran luar sel bakteri. Akhirnya terjadi kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri membran dan membran tidak berfungsi sebagaimana mestinya, termasuk untuk melakukan perlekatan dengan substrat. Hasil interaksi tersebut menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom dan lisosom. Ion hidroksil secara kimia menyebabkan perubahan komponen organik dan transport nutrisi sehingga menimbulkan efek toksik terhadap sel bakteri Mekanisme flavonoid dalam menghambat terjadinya inflamasi yaitu pada konsentrasi tinggi dapat menghambat pelepasan asam arakidonat dan sekresi enzim lisosom dari membran dengan memblok jalur siklooksigenase, jalur lipoksigenase, dan fosfolipase A2, sementara konsentrasi rendah hanya memblok jalur lipoksigenase. Asam arakidonat dari sel inflamasi yang terhambat akan menyebabkan kurang tersedianya substrat arakidonat bagi jalur sirklooksigenase dan lipoksigenase, yang akhirnya menekan jumlah prostaglandin, prostasiklin, endoperoksida, tromboksan saru sisi dan asam.
2.10     Tanaman Sawo (Manilkara zapota L.)

2.10. 1 Klasifikasi sawo (Manilkara zapota L.)
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Ebenales
Suku : Sapotaceae
Marga :Achras
Jenis : Manilkara zapotaL
2.10. 2 Morfologi sawo (Manilkara zapota L.)
           
            Sawo (Manilkara zapota L.) diperkirakan berasal dari Amerikatropisseperti Guatemala, Meksiko, dan Hindia Barat- dan di Jawa, tumbuhan ini bisa didapati di dataran rendah. Para penjajah bangsa Spanyol membawanya dari Meksiko ke Filipina, dan kemungkinan dari sana menyebar ke Asia Tenggara. Kini sawo telah ditanam di banyak daerah tropis di dunia. Koleksi plasma nutfah sawo manila terdapat di Los Banos (Filipina), Queensland (Australia), India, Kuba, Brasil, Kosta Rika, Florida dan Hawaii (Amerika Serikat) dan beberapa negara lain Pohon sawo (Manilkara zapota L.) besar dan rindang, dapat tumbuh hingga setinggi 30-40m. Bercabang rendah, batang sawo berkulit kasar abuabu kehitaman sampai coklat tua. Seluruh bagiannya mengandung lateks, getah berwarna putih susu yang kental.Daun tunggal, terletak berseling, sering mengumpul pada ujung ranting. Helai daun bertepi rata, sedikit berbulu, hijau tua mengkilap, bentuk bundar-telur jorong sampai agak lanset,pangkal dan ujungnya bentuk baji, bertangkai, tulang daun utama menonjol di sisi sebelah bawah.Bunga-bunga tunggal terletak di ketiak daun dekat ujung ranting, bertangkai, kerapkali menggantung, sisi luarnya berbulu kecoklatan, berbilangan 6. Kelopak biasanya tersusun dalam dua lingkaran; mahkota bentuk genta, putih, berbagi sampai setengah panjang tabung. Buah bertangkai pendek, bulat, bulat telur atau jorong, coklat kemerahan sampai kekuningan di luarnya dengan sisik-sisik kasar coklat yang mudah mengelupas, sering dengan sisa tangkai putik yang mengering di ujungnya. Berkulit tipis, dengan daging buah yang lembut dan kadang-kadang memasir, coklat kemerahan sampai kekuningan, manis dan mengandung banyak sari buah. Berbiji sampai 12 butir, namun kebanyakan kurang dari 6, lonjong pipih, hitam atau kecoklatan mengkilap, keping biji berwarna putih lilin. Tumbuhan ini dapat diperbanyak dengan biji ataupun cangkok
2.10.3 Kandungan sawo (Manilkara zapota L.)
           
            Tumbuhan sawo (Manilkara zapota L.) mengandung saponin, flavonoid dan polifenol. Flavonoid ialah senyawa kimia yang memiliki aktivitas antibakteri dan antivirus, sehingga tumbuhan yang mengandung flavonoid diasumsikan mempunyai daya antibakteri.
2.11 Tanaman Seledri (Apium graveolens L)
            Seledri merupakan salah satu tumbuhan dikotil atau biji berkeping dua. Seledri yang memiliki nama latin Apium graveolens L ini berbentuk seperti rumput atau semak dan termasuk tanaman setahun atau dua tahun. Tanaman seledri hanya tersusun dari akar, batang, daun, bunga, buah, dia juga tidak memiliki cabang seperti tanaman lainnya. Seledri ini termasuk salah satu tanaman unik yang memiliki warna hamper keseluruhan berwarna hijau dan rasa beda dari yang lainnya.
2.11.1 Klasifikasi Seledri (Apium graveolens L)
            Kingdom         : Plantae
            Divisi               : Spermatophyta
Subdivisi         : Angiospermae

Class                : Dicotyledonae

Ordo                : Apiales

Famili              : Apiaceae

Genus              : Apium

Spesies             : Apium graveolens L
2.11.2 Morfologi Seledri (Apium graveolens L)
          Akar yang dimiliki oleh seledri adalah akar tanggung dengan serabut sedalam 30 cm da bawah permukaan tanah dan menyebar ke samping dengan radius sekitar 5 – 9 cm dari pangkal batang seledri yang berwarna putih kotor. Bentuk batang seledri bisa dibilang unik, karean bentuknya berupa persegi tapi tidak memiliki kayu, beruas – ruas, bercabang banyak dan juga tidak berambut. Bentuk daun seledri ini menyirip ganjil, tepinya beringgit, setiap helai daun yang dimilikinya tipis, rapat denagn pangkal, dan ujungnya runcing. Memiliki anak daun sebanyak 3 – 7 helai, panjangnya sekitar 2-7,5 cm dan lebar 2.5 cm. setiap daun memiliki tangkai sepanjang 1-2.7 cm, smeua berwarna hijau. Seledri memiliki bunga yang berbentuk paying dnegan jumlah 8 – 12 buah kecil dipucuk tnaman tua. Bunga majemuk berwarna putih tersebut tumbuh pada ketiak yang menbghasilkan 3 – 8 bunga per tangkai dan memebentuk bulatan pada ujungnya. Bunga akan menjadi buah setelah dibuahi. Seledri memiliki buah yang berwarna hijau ketika masih muda dan berwarna coklat tua ketika sudah tua dan bentuk bunga tersebut adalah bulat kecil. Seledri merupakan salah satu sayuran subtropics yang bisa hidup di tempat dingin denagn temperature 9 – 20 derajat celcius untuk menghasilkan kecambah. Sedangkan pada temperature 10 – 24 derajat celcius untuk mengahsilkan produksi yang tinggi.seledri sangat cocok di tanam pada ketinggian antar 0 – 1200 m dbl dan udaranya mengandung tingkat kelembaban sekitar 80 – 90 persen serta sinar matahari yang cukup. Seledri juga sangat sensitive dengan air hujan, jadi sebaiknya di tanam pada akhir musim hujan
2.11.3 Kandungan Kimia Daun Seledri (Apium graveolens L)
          Seledri (Apium graveolens L.)  mengandung gizi cukup tinggi dan lengkap yaitu: protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B1, vitamin C dan air. Selain kandungan gizinya cukup tinggi, seledri (Apium graveolens L.)  juga mengandung zat glukosida, apiol, flafonoid, dan apiin. Zat-zat tersebut bermanfaat sebagai obat peluruh keringat, demam, darah tinggi, rematik dan sukar tidur .
2.12 Tanaman Bayam (Amaranthus spp)
            Bayam adalah tanaman sayur-sayuran dengan nama ilmiah Amaranthus spp. Kata "amaranth" dalam bahasa Yunani berarti "everlasting" (abadi). Tumbuhan ini dikenal sebagai sayuran sumber zat besi yang penting. Tanaman bayam berasal dari daerah Amerika tropik. Tanaman bayam semula dikenal sebagai tumbuhan hias. Bayam dapat tumbuh sepanajng tahun, dimana saja, baik didataran rendah maupun didataran tinggi. Pertumbuhan paling baik pada tanah subur dan banyak sinar matahari. Suhu yang baik 25-36 c dan pH tanah antara 6-7. waktu tanam terbaik pada awal musim kemarau. Tanaman bayam dikenalkan sebagai bahan pangan sumber protein, terutama untuk negara-negara berkembang. Diduga tanaman bayam masuk ke Indonesia pada abad XIX ketika lalu lintas perdagangan orang luar negeri masuk ke wilayah Indonesia.
2.12.1 Klasifikasi Tanaman Bayam (Amaranthus spp)
Kerajaan            : Plantae
Divisi                 : Magnoliophyta
Kelas                  : Magnoliopsida
Ordo                  : Caryophyllales
Famili                 : Amaranthaceae
Upafamili           : Amaranthoideae
Genus                : Amaranthus

2.12.2 Morfologi Tumbuhan Bayam (Amaranthus spp)
            Akar tanaman bayam memiliki sistem perakaran tunggal. Batang tanaman bayam berbentuk bulat, berair, lunak serta kurang berkayu. Warna batang bayam tergantung dari jenis bayam tersebut bayam hijau memiliki batang berwarna hijau, begitu juga bayam merah juga memiliki batang berwarna merah.
            Daun bayam termasuk daun tunggal bertangkai. Warna daun mengikuti jenis bayam. Bentuk daun bundar telur memanjang. Panjang daun 1,5 cm sampai 6,0m cm. Lebar daun 0,5 cm hingga 3,2 cm. Tangkai daun berbentuk bulat, dengan bentuk permukaan opacus. Panjang tangkai daun 0,5 cm sampai 9,0 cm.
            Bunga bayam merupakan bunga berkelamin tunggal, tersusun majemuk tipe tukal yang rapat, berwarna hijau. Memiliki 5 mahkota dengan panjang 1,5 sampai 2,5 mm. Bunga jantan memiliki bentuk bulir, untuk bunga betina berbentuk bulat yang terdapat pada ketiak batang.    Buah bayam berbentuk lonjong berwarna hijau dengan panjang 1,5 mm. Biji bayam berwarna hitam mengkilat dengan panjang antara 0,8 sampai 1 mm


2.12.3 Kandungan Kimia Daun Bayam (Amaranthus spp)
          Bayam banyak mengandung protein, lemak, karbohidrat, kalium, zat besi, amarantin, rutin, purin dan vitamin (A,B dan C).
2.13 Tanaman Kangkung ( Ipomoea reptans Poir )
            Tanaman kangkung ( Ipomoea reptans Poir ) Merupakan salah satu tanaman yang tidak asing  bagi kita. Tanaman kangkung ini sangat mudah di jumpai dan di budidayakan baik di daratan maupun di perairan. Tanaman kangkung berasal dari india yang menyebarluas keberbagai benua terutamanya benua Asia yaitu indonesia dan lainnya.
2.13.1 Klasifikasi Tanaman Kangkung ( Ipomoea reptans Poir )
Kindom :         Plantae
Subkingdom    : Tracheobionta
Superdivisio    :Spermatophyta
Divisio             : Magnoliophyta
Kelas               : Magnoliapsida
Sub kelas :       Asteridae
Ordo                : Solanales
Famili              : Convovulceae
Genus              : Ipomea
Spesies             : Ipome reptan Poir

2.13.2  Morfologi Tanaman Kangkung ( Ipomoea reptans Poir )

            Kangkung merupakan tanaman yang sangat tergolong lama tumbuh, tanaman ini memiliki akar tunggang dan bercabang-cabang. Perakaran ini menembus dengan kedalam 60 – 100 cm, dan menyebar luas secara mendatar 150 cm hingga lebih, terutamanya tanaman kangkung pada air. Batang pada tanaman kangkung  bult dan berlubang, berbuku-buku, dan banyak mengandung air. Terkadang buku-buku tersebut mengeluarkan akar tanaman yang serabut dan juga berwarna putih dan ada juga berwrana kecoklatan tua.
            Kangkung juga memiliki tangkai dauan melekat pada buku-buku batang dan di keiak batang terdapat mata tunas yang dapat tumbuh cabang baru. Bentuk dauan memiliki ujung runcing dan juga tumpul, permukaan dauan berwarna hijau tua , dan juga berwarna hijau muda. Bunga pada tanaman kangkung memiliki bentuk terompet dan memiliki dauan mahkota yang berwara putih atau kemerahan. Dan jika menghasilkan buah berbentuk bulat atau oval yang di dalamnya memiliki tiga butit biji. Warna biji tanaman kangkung berwran hitam jika sudah tua dan hijau ketika mudah.
2.13.3 Kandungan Kimia Daun Kangkung ( Ipomoea reptans Poir )
       Kandungan vitamin A pada kangkung sangat tinggi, mencapai 6.300 IU. Bersifat antioksidan sehingga dapat menangkal radikal bebas penyebab kanker dan penuaan dini. Selain itu, kangkung juga tinggi kadar seratnya dan mengandung fosfor, zat besi hentriakontan, dan sitosterol. Berkat kandungan yang dimiliki, kangkung berpotensi juga sebagai antiracun, antiradang, penenang (sedatif) dan diuretik.
2.14 Tanaman Rambutan (Nephelium lappaceum)
            Rambutan merupakan tanaman tropis dengan temperatur rata-rata 25 derajat celcius. Pada puncak masa pertumbuhan, pohon rambutan dapat mencapai ketinggian maksimal 25 meter. Batang berbentuk bulat tidak beratur dan berwarna kecoklatan. Pengklafisian tanaman rambutan sangat penting mengingat banyaknya variasi tanaman rambutan sekarang ini.
2.14.1 Klasifikasi Tanaman Rambutan (Nephelium lappaceum)
Kingdom           : Plantae
Divisio               : Magnoliophyta
Kelas                  : Magnoliopsida
Ordo                  : Sapindales
Familia               : Sapindaceae
Genus                : Nephelium
Spesies               : Nephelium lappaceum
2.14.2     Morfologi Tanaman Rambutan (Nephelium lappaceum)
            Akar tanaman rambutan berwarna coklat, mempunyai serabut akar yang berfungsi menyerap air dan mineral. Terdapat tudung akar yang berguna melindungi akar dari kerusakan saat menembus tanah. Kulit pada batang kayu berwarna coklat dan keras. Umumnya berukuran besar dan berumur panjang. Daun rambutan berbentuk majemuk dengan berselang-seling. Daun berbentuk lonjing dengan panjang 7-20 cm dan lebar 3-8 cm. Bunga pada tanaman rambutan berdiameter 5 mm, dan dalam satu pohon berisi sepasang bunga jantan dan bunga betina. Juga terdapat kelopak bunga yang berfungsi melindungi bunga. Buah rambutan berbentuk bulat dengan sedikit lonjong sekitar 4-5 cm. buah berwarna hijau ketika muda dan memerah ketika sudah tua. Daging buah berwarna putih mempunyai ketebalan sekitar 1 cm. Daging mempunyai rasa manis dan kadang terdapat rasa asam. Biji buah diselimuti lapisan buah yang disebut daging buah. Pada beberapa jenis rambutan, biji juga diselimui semacam kayu tipis.
2.14.3 Kandungan Kimia Daun Rambutan (Nephelium lappaceum)
Rambutan merupakan tanaman asli Indonesia yang berpotensi sebagai  antibakteri alami. Menurut Setiawan (2003), buah rambutan mengandung karbohidrat, protein, lemak, fosfor, besi, kalsium dan vitamin C. Kulit buah  mengandung tanin dan saponin. Biji mengandung lemak dan polifenol. Daun  mengandung tanin dan saponin. Kulit batang mengandung tanin, saponin, flavonida,  pectic substance dan zat besi Senyawa senyawa tanin, saponin, dan flavonoid termasuk senyawa golongan fenol yang merupakan zat antibakteri yang kuat.
2.15. Tanaman Alpukat (Persea americana)
            Alpukat adalah salah satu tanaman buah meja yang memiliki nama yang sama, alpukat. Tumbuhan yang menurut sejarahnya berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah ini kini sedang banyak dibudidayakan, bahkan orang-orang di seluruh dunia berlomba-lomba untuk mengembangkan tanaman buah ini. Buahnya yang legit dan banyak mengandung asam folat sangat baik bagi ibu hamil yang meanaman buah tropis ini di Indonesia sudah ditemukan sejak tahun 1877, keberadaannya di Indonesia dibawa oleh Belanda dan ditanam untuk pertama kalinya di Kebun Raya Bogor. Nama latin alpukat adalah Persea americana. Nama alpukat sendiri dalam bahasa Inggris disebut avocado, nama tanaman ini sebenarnya berasal dari bahasa Aztek, ahuacatl yang berarti pahit. Suku Aztek yang hidup di kawasan Amerika Tengah dan Meksiko tidak begitu menyukai buah alpukat.
2.15.1 Klasifikasi Tanaman Alpukat  (Persea americana)
Kerajaan          : Plantae
Kelas               : Magnolipilihanda
Divisi               : Magnoliophyta
Ordo                : Laurales
Famili              : Lauraceae
Genus              : Persea
Spesies             : Persea americana
2.15.2 Morfologi Tanaman Alpukat (Persea americana)
            Pohon alpukat dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian 20 meter dengan daun berukuran sepanjang 12 hingga 25 cm. Bunganya berwarna hijau kekuningan dengan ukuran 5 hingga 10 milimeter. Sedangkan untuk ukuran buahnya sendiri sangat bervariasi, mulai dari yag memiliki diameter 7 centimeter hingga 20 centimeter, dan bijinya  berukuran 5 hingga 6,4 centimeter. Buah alpukat adalah tanaman buah bertipe buni yang memiliki kulit lembut tidak rata berwarna hijau tua hingga ungu kecoklatan, itu tergantung pada jenis dan varietas buah alpukat yang ditanam.
2.15.3 Kandungan Kimia Daun Alpukat (Persea americana)
            Kandungan zat aktif yang terdapat di daun alpukat (Persea america miller) adalah saponin, alkaloida dan flavonoida serta polifenol, quersetin dan gula alkali persiit (Mursito, 2007). Flavanoida merupakan kelompok flavanol turunan senyawa benzena dapat digunakan sebagai senyawa dasar zat warna alam. Menurut Chang dan Kinghorn (2001) ada tiga kelompok flavanoida yang amat menarik perhatian dalam fisiologi tumbuhan yaitu antosianin, flavanol, dan flavon. Antosianin adalah pigmen berwarna merah, ungu, dan biru. Warna antosianin pertama-tama bergantung pada gugus pengganti yang terdapat dicincin B. Kedua, antosianin sering berhubungan dengan flavon atau flavonol yang menyebabkan warnanya menjadi lebih biru. Ketiga, antosianin berhubungan satu sama lain, khususnya pada konsentrasi tinggi dan ini dapat menyebabkan efek kemerahan atau kebiruan, bergantung pada antosianin dan pH vakuola tempat mereka terhimpun. Berdasarkan penelitian Maryati dkk.(2007), penapisan fitokimia daun alpukat menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid, tanin katekat, kuinon, saponin, dan steroid/ triterpenoid. Menurut (Sulaeman dkk.,1999) tanin merupakan senyawa fenolik kompleks yang tersebar luas dalam tanaman, seperti daun, buah yang belum matang, batang dan kulit kayu. Pada buah yang belum matang, tanin digunakan sebagai energi dalam proses metabolisme dalam bentuk oksidasi tanin. Lestari (2014) menyatakan bahwa ekstraksi tanin dari daun alpukat, diketahui total tanin yang terkandung dalam ekstrak tersebut berkisar antara 15.81 – 22.07 %. Tanin akan menghasilkan warna coklat.
2.16     Tanaman Sawi (Brassica juncea L)
            Tanaman Sawi Atau yang biasa disebut Brassica juncea L Adalah salah satu jenis tanaman sayuran yang mana bisa dipanen dalam semusim. Sami masih berkerabat dekat dengan tanaman kubis-kubisan seperti, lobak, brokoli dan juga kubis bunga. Sawi Merupakan tanaman sayuran yang dimanfaatkan daunnya dimana didalam daunnya memiliki kandungan vit dan gizi yang tinggi yang bisa dimanfaatkan untuk kesehatan tubuh.
2.16.1    Klasifikasi Tanaman Sawi (Brassica juncea L)
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Magnoliophyta
Kelas               : Magnoliophyta
Ordo                : Capparales
Familia : Brassicaceae
Genus              : Brassica
Spesies             : Brassica juncea L
2.16.2    Morfologi Tanaman Sawi (Brassica juncea L)
            Akar pada tanaman sawi merupakan akar bercabang dan akar tunggang yang memiliki bentuk yang bulat dan menyebar di permukaan tanah, biasanya akar dapat menembus tanah dengan kedalaman 30-50 cm. fugsinya yaitu untuk menyerap hara yang berada di permukaan tanah. Batang pada tanaman sawi biasanya beruas dan memiliki batang yang pendek. batang sawi memilifi peraan sebagai penopang dan menyangga berdirinnya daun sawi di atasnya. sedangkan daun sawi itu sendiri memiliki tangkai yang berbentuk pipih. Daun pada tanaman sawi berbentuk lonjong dan memanjang,  lebar dan memiliki warna hijau muda hingga hijau tua dan tidak memiliki bulu. tanaman sawi memiliki tangkai daun yang pendek hingga panjang tergantung jenis tanaman sawinya. Tanaman sawi diketahui memiliki bunga yang memiliki bentuk memanjang dan memiliki banyak cabang. Tanaman sawi memiliki bunga  dari empat kelopak daun, empat mehakota bunga yang memiliki warna kuning cerah, empat helai benang sari dan satu buah pitik yang berongga dua. sedangkan dalam proses Penyerbukan tanaman ini dilakukan secara alami dengan vabtuan angin dan binatang kecil sekitar. Tanaman ini memiliki buah dengan bentuk bulat sampai lonjong, memiliki warna keputihan hingga kehijauan, dan dalam satu buah memiliki biji 2-8 butir biji. Biji berbentuk bulat dan kecil dan memiliki warna coklat hingga kehitaman, memiliki permukaan licin, mengkilap, keras dan juga sedikit berlendir.
2.16.3    Kandungan Kimia Daun Sawi (Brassica juncea L)
            Kandungan yang terdapat pada sawi adalah kalori, protein, lemak, karbohidrat, serat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C.
2.17 Identifikasi Metabolit Sekunder
1.      Identifikasi alkaloid
Alkaloid merupakan kelompok senyawa yang mengandung nitrogen dalam bentuk gugus fungsi amin. Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang besar. Pada umumnya, alakaloid mencakup senyawa yang bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom N sebagai bagian dalam surem siklik.
Struktur alkaloid beraneka ragam dari yang sederhana sampai yang rumit, dari efek biologisnya yang menyegarkan tubuh sampai toksik. Satu contoh yang sederhana, tetapi yang efeknya tidak sederhana adalah nikotin. Nikotin dapat menyebabkan penyakit jantung , kanker paru-paru, kanker mulut, tekanan darah tinggi, dan gangguan terhadap kehamilan dan janin.
Cara identifikasi : sebanyak 5 ml sampel dibasakan dengan laritan amonium 10% (tes dengan kertas pH) kemudian dipartisi dengan kloroform (2 X 5ml). Fraksi kloroform digabungkan lalu diasamkan dengan HCl 1 M. Larutan asam dipisahkan dan diuji dengan pereaksi dragendorf atau mayer. Endapan kuning jingga atau putih menunjukan adanya alkaloid.
Tujuan penambahan Ammonia berfungsi untuk membasakan dan pengendapan alkaloid agar dapat diperoleh alkaloid dalam bentuk garam atapun alkaloid dalam bentuk basa bebas. Kloroform digunakan dengan tujuan dapat menarik senyawa alkaloid karena alkaloid mempunyai kelarutan yang baik dalam kloroform, alkohol, tetapi tidak larut dalam air meskpun dapat larut dalam air panas. Setelah itu diberikan pereaksi dragendorf dimana jika terbentuk endapan kuning jingga berarti terdapat alkaloid atau pereaksi mayer bila terdapat endapan putih menunjukan adanya alkaloid.
2.  Identifikasi saponin
Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa hasil kondensasi suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organik yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan non-gula (aglikon). Saponin ini terdiri dari dua kelompok : saponin triterpenoid dan saponin steroid. Saponin banyak digunakan dalam kehidupan manusia, salah satunya terdapat dalam lerak yang digunakan untuk bahan pencuci kain (batik) dan sebagai shampo. Saponin dapat diperoleh dari tembuhan melalui ekstraksi.
Cara identifikasi : Uji  Saponin  dilakukan  dengan metode Forth yaitu dengan cara memasukkan 2 mL sampel   kedalam  tabung  reaksi  kemudian  ditambahkan 10 mL akuades lalu dikocok selama 30 detik,  diamati  perubahan  yang  terjadi.  Apabila terbentuk  busa  yang mantap  (tidak  hilang  selama 30  detik)  maka  identifikasi  menunjukkan  adanya saponin.  Uji  penegasan  saponin  dilakukan  dengan menguapkan  sampel  sampai  kering  kemudian mencucinya  dengan  heksana  sampai  filtrat  jernih. Residu  yang  tertinggal  ditambahkan  kloroform, diaduk  5  menit,  kemudian  ditambahkan  Na2SO4  anhidrat dan disaring. Filtrat dibagi  enjadi menjadi 2 bagian, A dan B. Filtrat A sebagai blangko,  filtrat B  ditetesi  anhidrat  asetat,  diaduk  perlahan, kemudian  ditambah  H2SO4  pekat  dan  diaduk kembali. Terbentuknya  cincin merah  sampai  coklat menunjukkan adanya saponin.
3.      Identifikasi steroid
Steroid adalah suatu kelompok senyawa yang mempunyai kerangka dasar siklopentanaperhidrofenantrena, mempunyai empat cincin terpadu.senyawa-senyawa ini mempunyai efek fisiologi tertentu. Steroid umumnya berada dalam bentuk bebas sebagai glikosida sederehana. Hormon-hormon seks yang dihasilkan terutama pada testis dan indung telur adalah suatu steroid. Hormon jantan disebut androgen dan hormon betina estrogen dan hormon kehamilan progesteron.


BAB III
PENUTUP
Dari makalah tersebut dapat di simpulkan hasil identifikasi senyawa metabolit sekunder didapatkan hasil sebagai berikut :
1.      Untuk identifikasi golongan alkaloid terbentuk endapan kuning jingga atau putih.
2.      Untuk identifikasi golongan kuinon terbentuk endapan berwarna merah.
3.      Untuk identifikasi golongan steroid ditandai adanya cincin berwarna merah.














No comments: