Nanoteknologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang desain, fabrikasi, dan penggunaan material, struktur, dan
peralatan dengan ukuran dibawah 100nm. Ilmuwan mengambil acuan pada dimensi
1-100nm sebagai nanoscale, dan material dalam skala ini disebut nanomaterial.
Dua hal utama yang menyebabkan nanoscale
berbeda dengan partikel sejenis berukuran
besar
adalah:
1)
karena ukurannya yang kecil sehingga memiliki nilai perbandingan antara luas
permukaan dan volume yang lebih besar disbanding dengan partikel sejenis dengan
ukuran lebih besar,
2)
ukuran dalam skala nanometer berlaku hukum fisika kuantum dimana memberi imbas
pada sifat material seperti perubahan warna yang dipancarkan, transparansi, kekuatan
mekanik, konduktivitas listrik, dan magnetisasi. Selain itu akibat perubahan
rasio jumlah atom yang menenpati permukaan terhadap jumlah atom total
menyebabkan terjadinya perubahan titik didih, titik beku, dan reaktivitas
kimia. Perubahan-perubahan yang terjadi diharapkan menjadi keunggulan nanopartikel.
Nanoteknologi menyediakan berbagai
keuntungan dalam farmasi melalui:
1.
Peningkatan area permukaan
2.
Meningkatkan kelarutan
3.
Meningkatkan kecepatan pelarutan
4.
Meningkatkan bioavailabilitas dalam pemberian secara oral
5.
Dosis yang dibutuhkan lebih sedikit dan mereduksi besarnya dosis
6.
Proteksi obat dari degradasi
7.
Onset terapi yang lebih cepat
8.
Dapat digunakan untuk drug targeting
9.
Pasif targeting obat pada makrofag yang ada pada liver dan limpa.
Nanopartikel didefinisikan sebagai
partikel kurang dari 100nm dalam diameter yang menimbulkan sifat baru atau
meningkatkan size dependent properties dibandingkan dengan partikel berukuran
besar dari bahan yang sama. Hal ini menyebabkan obat dapat:
1.
Ditingkatkan bioavailabilitasnya proporsional dengan dosis
2. Toksisitas dapat diturunkan
3. Sediaan dapat diperkecil ukurannya, sebagai
contoh tablet lebih kecil, dan
4. Stabilitasnya dapat ditingkatkan dimana sifatnya
kurang stabil atau memiliki bioavailabilitas yang rendah pada formulasi non
nanopartikel.
Kerugian nanopartikel adalah karena
ukurannya yang kecil dan luas permukaannya menyebabkan terjadinya agregasi
partikel, tidak cocok untuk dosis yang besar, serta terbatasnya loading obat
dan memungkinkan burst release.
Nanopartikel
dapat dipreparasi dari berbagai bahan seperti protein, polisakarida, dan polimer
sintetik. Pemilihan bahan matrik dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain:
1.
Ukuran nanopartikel yang ingin diperoleh
2.
Sifat obat yang diinginkan, seperti stabilitas dan kelarutan
3.
Karakteristik permukaan seperti muatan permukaan dan permeabilitas
4.
Derajat biokompatibilitas, biodegradabilitas, dan toksisitas
5.
Profil pelepasan obat
6.
Antigenisitas final product
Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai
matrik nanopartikel adalah:
·
PROTEIN (Kolagen , Gelatin, Fibrin)
·
POLISAKARIDA (Asam hialuronik , Alginat , Kitosan dan
kitin)
·
POLIMER SINTETIK (Poliester, Polisianoakrilat)
Nanopartikel merupakan gabungan dari nama
nanosphares dan nanokapsul. Nanosphares adalah sistem matrik dimana obat
terdispersi secara merata, sedangkan nanokapsul adalah system dimana obat
dilingkupi oleh membrane polimer yang unik.
Pemilihan metode pembuatan nanopartikel
bergantung dengan karakter fisikokimia dari polimer dan obat yang akan
dimasukkan. Adapun metode yang telah dilakukan dalam pabrik (lihat gambar 3),
namun yang paling banyak digunakan adalah metode double emulsion
dan evaporasi serta solvent evaporation.
Sintesis nanopartikel dapat dilakukan
dalam fase padat, cair, maupun gas. Proses sintesis dapat dilakukan secara
fisika atau kimia. Proses sintesis secara fisika tidak melibatkan reaksi kimia,
hanya pemecahan material besar menjadi material berukuran nanometer, atau penggabungan
material berukuran sangat kecil, seperti kluster menjadi partikel berukuran nanometer
tanpa mengubah sifat bahan. Proses sintesis secara kimia melibatkan reaksi kimia
dari sejumlah material awal (prekusor) sehingga dihasilkan material lain yang berukuran
nanometer. Secara umum, sintesis nanopartikel akan masuk dalam dua kelompok besar,
yaitu bottom-up dan top-down.
a.
Top-down
Metode
top-down (pengecilan ukuran) adalah memecah partikel berukuran besar menjadi
partikel berukuran nanometer. Metode yang digunakan pada proses top-down antara
lain:
-
Pearl/Ball Milling: milling atau penggilingan merupakan metode mekanis untuk pengecilan ukuran partikel yang tertua. Dalam
metode ini material menjadi obyek tekanan dan gesekan yang menghasilkan
pecahnya partikel.
Alat
milling ini terdiri atas milling container yang berisi milling pearls atau
bola- bola dengan ukuran besar. Container milling dapat bersifat static atau
bergerak yang menyebabkan bola-bola didalamnya juga bergerak sehingga dapat
memecah serbuk partikel dalam container.
- High-pressure homogenization
Kebanyakan
high pressure homogenizer yang dignakan adalah piston gap homogenization dan
jet-stream homogenization. Piston gap homogenization bekerja dengan cara
memompa suspensi agar melewati celah kecil dengan ukuran 5-20µm sehingga
terjadi pengecilan partikel terdispersi, metode dengan jet stream
homogenization bekerja melalui mekanisme tabrakan suspensi yang disemprotkan
dengan kecepatan tinggi sehingga terjadi pemecahan partikel.
b.
Bottom-up
Metode
bottom-up (penyusunan atom-atom) adalah memulai dari atom-atom atau
molekulmolekul atau kluster-kluster yang disassembly membentuk partikel
berukuran nanometer
yang
dikehendaki.
-Supercritical
Fluid
Supercritical
fluid terjadi pada temperature di atas temperature kritisnya dan tekanan di
atas tekanan kritisnya. Supercritical fluid merupakan media yang unik karena
memiliki difusifitas lebih tinggi dari cairan solvent pada umumnya, memiliki
viskositas lebih rendah dari gas, dan densitas yang dapat diatur berdasarkan
tekanan. Spercritical CO2 paling banyak digunakan karena nontoksik,
noninflamabel, murah dan digunakan sebagai solvent dalam RESS (rapid expansion
of supercritical solution dan SAS ( supercritical antisolvent).
-RESS
(Rapid Expansion of supercritical solution)
Dalam
RESS supercritical CO2 digunakan sebagai solvent obat-obat yang dapat larut di
dalamnya.
Larutan obat dalam supercritical CO2 disemprotkan dalam container dengan pengurangan
tekanan, sehingga supercritical CO2 akan berubah menjadi gas dan dikeluarkan
dari container untuk memperoleh partikel dalam ukuran nano.
-Sas (Supercritical antisolvent)
Supercritical
CO2 dalam SAS berfungsi sebagai antisolvent dimana bahan obat tidak larut
didalamnya. Obat dalam pelarut organik disemprotkan melalui fine nozzle ke dalam
container berisi supercritical CO2 sehingga kelarutannya menurun (presipitasi), selanjutnya dilakukan
penurunan tekanan sehingga gas CO2 dapat dikeluarkan melalui vessel dan serbuk
nanopartikel yang dihasilkan kemudian dikumpulkan.
-Emulsifikasi
Polimer
Emulsi
dapat digunakan untuk memproduksi nanopartikel melalui pelarutan obat dan
polimer dalam solvent yang tidak campur dengan air, kemudian air dan surfaktan
sebagai penstabil diteteskan pada campuran obat-polimer. Pengerasan droplet
dilakukan dengan penguapan solvent kemudian fase air dipisahkan melalui
liofilisasi.
-Produksi Nanokristal Menggunakan Spray Drying
Semprot
kering atau spray drying adalah suatu proses perubahan dari bentuk cair
(larutan, dispersi atau pasta) menjadi
bentuk partikel-partikel kering oleh suatu proses penyemprotan bahan ke dalam
medium pengering yang panas (Kissel, 2006). Sesuai dengan gambar di atas nanosuspensi dihasilkan melalui high
pressure homogenization kemudian nanosuspensi disemprotkan dalam udara panas
pada kamar pengering sehingga diperoleh serbuk kering.
-Produksi dalam Hot Melted Matrice
Produksi
nanopartikel dengan hot melted matrice dilakukan pada obat-obat yang tahan panas.
Bahan obat dan solid matrix dilelehkan sehingga diperoleh makroosuspensi dalam melted
matrice, selanjutnya dengan high pressure homogenization dihasilkan nanokristal
dalam melted matrice dan didinginkan. Padatan yang dihasilkan kemudian
diserbukkan. Serbuk nanopartikel hasil spray maupun proses lain seperti hot
melted matrice dapat dimasukkan dalam cangkang kapsul atau dilakukan tabletasi.
Uji Karakterisasi Nanopartikel
-SEM
(Scanning Electron Microscopy)
SEM
merupakan suatu mikroskop electron yang mampu untuk menghasilkan gambar beresolusi
tinggi dari sebuah permukaan sampel. Gambar yang dihasilkan oleh SEM memiliki
karakteristik penampilan tiga dimensi, dan dapat digunakan untuk menentukan struktur
permukaan dari sampel. Hasil gambar dari SEM hanya ditampilkan dalam warna hitam
putih. SEM menerapkan prinsip difraksi elektron dimana pengukurannya sama
seperti mikroskop optik. Prinsipnya adalah elektron yang ditembakkan akan
dibelokkan oleh lensa elektromagnetik dalam SEM.
-XRD
(X-Ray Difraction)
Difrkasi
sinar X digunakan untuk mengidentifikasi struktur Kristal suatu padatan dengan membandingkan
nilai jarak d (bidang Kristal) dan intensitas puncak difraksi dengan data standar.
Sinar-X merupakan radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang sekitar 100 pm
yag dihasilkan dari penembakan logam dengan electron berenergi tinggi. Melalui analisis
XRD diketahui dimensi kisi (d=jarak antar bidang) dalam struktur mineral, sehingga
dapat ditentukan apakah suatu material mempunyai kerapatan yang tinggi atau tidak.
-PSA
(Partiicle size analyzer)
Seiring
perkembangan ilmu pengetahuan kea rah nanoteknologi para peneliti mulai menggunakan
Laser Diffraction (LAS). Metode ini dinilai lebih akurat bila dibandingkan dengan
metode analisa gambar maupun metode ayakan (sieve analyses), terutama untuk sampel-sampel
dalam orde nanometer maupun submikron). Keunggulan penggunaan PSA untuk
mengetahui ukuran partikel adalah:
1.
Lebih akurat, hal ini disebabkan partikel didispersikan ke dalam media sehingga
ukuran partikel yang terukur adalah
ukuran dari single partikel.
2.
Hasil pengukuran berupa bentuk distribusi sehingga dapat menggambarkan keseluruhan kondisi sampel.
3.
Rentang pengukuran dari 0.6 nanometer sampai 7 mikrometer
Beberapa
analisa yang dapat dilakukan dengan PSA antara lain:
1.
Menganalisa ukuran partikel
2.
Menganalisa nilai zeta potensial dari suatu larutan sampel
3.
Mengukur tegangan permukaan partikel
4.
Mengetahui ukuran partikel tegangan permukaan dari densitas pada emulsi yang digunakan pada produk-produk industry minuman
(Nanortim, 2010)
-Percentage yield
Keefesiensian
nanopartikel dapat dihitung dengan menghitung persentase nanopartikel dengan
membandingkan jumlah total obat dan polimer dalam formula.Nanopartikel disimpan
pada suhu ruangan selama 24 jam. Kemudian, nanopatikel disentrifugasi
(16.000xg, 30 menit, 15 oC) untuk dipisahkan dengan supernatannya. Supernatan
dianalisis dengan spektrofotometer UV VIS. Berikut merupakan rumus persentase
nanopartikel (Nesalin, et al, 2009):
𝑁𝑎𝑛𝑜𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑐𝑙𝑒
𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑
=𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡
𝑡𝑜𝑡𝑎 𝑎𝑛𝑜𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙/(𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡
𝑝𝑜𝑙𝑖𝑚𝑒𝑟
+ 𝑜𝑏𝑎𝑡)
𝑥
100%
-Loading
capacity
Loading
efficiency dan loading capacity nanopartikel ditentukan dengan
ultrasentrifugasi sampel. Jumlah bahan aktif bebas ditentukan pada supernatant
menggunakan supernatant nanopartikel kosong (tidak di-loading dengan bahan
aktif) sebagai blanko. Loading capacity dan loading efficiency nanopartikel
dihitung berdasar persamaan :
Loading Capacity=(A-B)/Cx100
Loading Efficiency=(A-B)/Ax100
Dimana
:
A=total
jumlah bahan aktiv
B=Bahan
aktif bebas
C=Berat
nanopartikel
-Uji
Pelepasan In Vitro
Metode
untuk mempelajari pelepasan nanopartikel secara in vitro:
Side by side diffusion cells with artificial
membran
Dialysis bag diffusion technique
Reverse
dyalisis sac technique, Kelebihan agitasi pada suspensi sehingga menghindari
agregasi, meningkatkan hidrasi dan disolusi
Ultrasentrifugasi
Beberapa sistem penghantaran yang
dikembangkan berdasar prinsip nanoteknologi adalah:
1.
Nano Lipid Carier (NLC)
NLC
merupakan hasil dari pencampuran antara lipid padat dan cair, namun berada pada
solid state dalam temperatur ruang. Lipid merupakan molekul serbaguna yang
dapat membentuk matriks padat terstruktur, seperti nanostructured lipid
carriers (NLC) dan lipid conjugate nanoparticles (LDC). Pelepasan obat dari
partikel lipid terjadi melalui difusi dan degradasi partikel lipid dalam tubuh.
Aplikasi utama dalam farmasetika adalah topical drug delivery, oral, dan
parenteral (subkutan atau intramuskular dan intravena). Nanopartikel LDC
khususnya bermanfaat dalam administrasi obat water-soluble. Juga dimanfaatkan
dalam penghantaran senyawaanti-inflamasi, preparasi kosmetik, topical cortico
therapy dan meningkatkan bioavailabilitas dan kapasitas drug loading.
2.
Solid lipid nanopartikel (SLN)
SLNs
terutama terdiri atas lipid yang berada pada fase padat pada suhu ruang dan surfaktan
pada emulsifikasi. Memiliki diameter rata-rata pada rentang 50 nm hingga 1000
nm pada aplikasi colloid drug delivery. SLNs memiliki sifat yang unik
diantaranya ukuran yang kecil, luas permukaan yang besar, loading drug yang
besar, fase interaksi antarmuka, dan memiliki potensial untuk meningkatkan
performa farmasetika. Keuntungan dari nanoparticle solid lipid 9SLN) adalah
penggunaan lipid fisiologis, tidak menggunakan pelarut organik pada proses
preparasinya, dan memiliki spektrum aplikasi yang besar (dermal, oral, i.v.),
SLNs memiliki stabilitas yang lebih baik dibandingkan liposome.
3.
Liposom
Liposome
merupakan struktur vesikular dengan inti aqueous yang dikelilingi dengan lipid
bilayer hidrofobik, dibuat dengan “pengusiran” phospholipid. Solut, seperti
obat, dalam inti tidak dapat melewati hidrofobik bilater namun molekul
hidrofobik dapat diserap kedalam bilayer, sehingga memungkinkan liposome
membawa baik molekul hidrofilik maupun hidrofobik. Lipid bilayer liposome dapat
berfusi dengan bilayer lain seperti memban sel, sehingga meningkatkan pelepasan
isinya, membuatnya bermanfaat dalam drug delivery dan aplikasi cosmetic
delivery. Ukuran liposome bervariasi, mulai 15 nm hingga beberapa µm dan dapat
memiliki single layer (unilamellar) atau multiple phospholipidbilayer
(multilamellar). Sifat yang serbaguna dari liposome membuatnya bermanfaat
sebagai carrier yang poten bagi banyak obat seperti antibacteria, antiviral,
insulin, antineoplastic, dan plasmid DNA.
4.
Niosom
Niosom adalah
vesikel surfaktan non ionik seperti liposom yang mempunyai struktur bilayer yang
dapat menjerap senyawa hidrofobik, lipofobik dan ampifilik.Perbedaan mendasar
dari niosom dan liposom yakni pada liposom memiliki susunan dasar
berupa fosfolipid, sedangkan niosom tersusun atas surfaktan non ionik.
Adapun keuntungan dari Niosom yaitu mempercepat
efek terapi, menurunkan
efek samping, meningkatkan penetrasi dari senyawa yang terjerap melintasi kulit. Niosom dapat digunakan untuk
obat-obat dengan berbagai rute diantaranya Rute oral, transdermal, intravena,
rute vaginal, dan rute opthalmik.
Komposisi Niosom yaitu dari komponen utama yang digunakan yaitu
kolesterol dan surfaktan non ionik. Dimana kolesterol berguna untuk membentuk
suatu bentuk yang kaku. Sedangkan untuk surfaktan non ionik berperan dalam
pembentukan niosom.
Metode
Formulasi yang sering digunakan dalam pembuatan Niosom yaitu :
a. Metode injeksi
Ether
b. Hand shaking
method (Thin Film hidrasi Teknik)
c. Sonication
d. Micro
fluidisasi
e. Metode ekstrusi
Beberapa membran
f. Reverse Phase
Evaporation Technique (REV)
g. Trans pH
membran gradien (dalam asam) Obat
5.
Nanosuspension
Nanosuspensi
adalah suspensi yang mengandung nanokristal. Pembuatan nanosuspensi dimulai
dari mikronisasi 0,1 µm hingga 300 µm lalu dilanjutkan ke nanonisasi. Nanosuspensi senyawa obat merupakan suspensi yang
terdiri dari nanokristal senyawa obat.Nanosuspensi dapat dikatakan merupakan
suspensi dari dispersi nanokristal yang distabilkan surfaktan atau polimer
(stabilisasi sterik). Media pendispersi dapat berupa air, campuran air dan senyawa organik larut
dalam air, atau media non air seperti minyak, polietilen glikol cair (PEG)
6.
Nanoemulsi
Nanoemulsi
adalah sistem penghantara obat yang terdiri dari fase minyak dan fase air
dengan diameter droplet rata-rata mulai dari 50 nm - 1000 nm. Pada umumnya,
ratarata ukuran droplet adalah 100 nm – 500 nm dan dapat membentuk nanoemulsi
minyak dalam air (o/w) atau nanoemulsi air dalam minyak (w/o), di mana inti
dari partikel dapat berupa minyak atau air. Nanoemulsi terbuat dari surfaktan
farmasetikal yang umumnya dianggap aman (GRAS). Jenis dan konsentrasi surfaktan
dalam fase air dipilih untuk memberikan stabilitas yang baik untuk mencegah
coalescence. Beberapa jenis minyak alami semi sintetis dan sintetis yang
digunakan dalam formulasi nanoemulsi. Nanoemulsi juga terlibat dalam beberapa
produk kosmetik. Nanoemulsions adalah droplet minyak dan air yang dapat
melindungi zat aktif yang kurang stabil (seperti vitamin). Industri ini
menyebut mereka nanokapsul, lyphazones, dll dan nanoemulsions akan
melepaskan muatan (zat aktif) saat kontak dengan kulit pada aplikasinya.
Permeasi Pada Kulit
Nanopartikel menunjukkan sifat
lekat, oklusi dan efek hidrasi kulit ketika dipakai pada kulit secara topical.
Menunjukkan daya lekat pada kulit dalam bentuk monolayer ketika ukuran partikel
kurang dari 200 nm.Lapisan monolayer tersebut bersifat hidrofobik, hal itu
menunjukkan aksi oklusif pada kulit dan menghambat kehilangan kelembapan yang
dihasilkan dari evaporasi, yang dapat megurangi korneosit dan membuka celah intercorneocyte
serta dapat memfasilitasi penetrasi obat ke lapisan yang paling dalam dari kulit.Efek
oklusi nanopartikel ini tergantung pada volume sampel, ukuran partikel, kristalinitas
dan konsentrasi lipid.
LIPOSOM
SEBAGAI SISTEM PENGHANTARAN OBAT
Liposom atau gelembung lemak adalah suatu
vesikel berair yang dikelilingi oleh membran lipid lapis ganda uni lamelar atau
multilamelar, dan terbentuk secara spontan ketika fosfolipid (sumber
alam/sintetik) dihidrasi dengan sejumlah air.Struktur liposom identik dengan
membrane sel.
Fosfolipid bilayer (biru) Rongga
berair (ungu/inti)
Komponen utama Liposom adalah
:Fosfolipid dan Kolesterol. Fosfolipid merupakan komponen struktural terbesar
penyusun membran biologis seperti membran sel. Fosfolipid yang paling sering
digunakan dalam pembuatan liposom adalah fosfatidilkolin. Fosfatidilkolin
merupakan molekul amfifatik yang terdiri atas :
/
a hidrophilic polar head group, fosfokolin
/
a glycerol bridge
/
a pair of hidrophobic acyl hidrocarbon chain
Molekul fosfatidilkolon tidak larut dalam
air. Dalam media air molekul fosfatidilkolin menata diri akan saling berdekatan
untuk meminimalisir interaksi yang tidak menguntungkan antara fase air dengan
rantai panjang hidrokarbon lemak (secara spontan grup asam lemak akan saling
berhadapan dan bagian kepala yang bersifat polar akan berhadapan dengan fase
air). Secara singkat molekul fosfolipid dalam air dapat digambarkan sebagai
berikut :
Fosfatidilkolin berbeda sangat nyata
dengan molekul amfifil lain seperti detergen atau lisolecitin karena dapat membentuk struktur bilayer bukan
misel. Hal ini disebabkan karena rantai
asam lemak ganda pada fosfolipid memberi bentuk tubular dibanding detergen
dengan bagian kepala polar dan ekor rantai asam lemak tunggal yang cenderung
membentuk Miselkerucut yang berdekatan
satu sama lain membentuk misel yang sferis.
(Misel) (Bilayer)
Beberapa fosfolipid yang sering
dipakai antara lain:
¤ Natural fosfolipid
/ Fosfatidilkolin
/ Fosfatidiletanolamin
/ Fosfatidilserin
¤ Fosfolipid sintetik
/ Dioleoilfosfatidilkolin
/ Distearoilfosfatidilkolin
/ Dioleoilfosfatidiletanolamin
/
Distearoilfosfatidiletanolamin
KOLESTEROL
Penambahan kolesterol pada liposom bilayer
membawa perubahan besar pada preparasi membra. Kolesterol sendiri tidak dapat
membentuk bilayer. Kolesterol berfungsi sebagai buffer fluiditas, dimana
dibawah temperatur fase transisi menyebabkan membran kurang tertata baik serta
kurang permeabel sedang di atas temperatur fase transisi menyebabkan membran
dalam tatanan teratur dan lebih stabil. Kolesterol ditambahakan dalam
konsentrasi tinggi dengan rasio 1:1 hingga 2:1 (kolesterol:fosfatidilkolin).
Kolesterol terselip dalam membran dengan gugus hidroksil berorientasi terhadap
permukaan air dan rantai alifatik secara
pararel berorientasi pada rantai asil pada pusat bilayer. Adanya kolesterol
menyebabkan membran lebih rigid.
Lamela adalah struktur menyerupai pelat
datar yang muncul pada awal pembentukan liposom. Fosfolipid bilayer pertama
muncul sebagai lamela sebelum akhirnya terkonversi menjadi bentuk
sferis.Beberapa lamela dari fosfolipid bilayer tersusun menumpuk di atas lamela
lain selama pembentukan liposom membentuk struktur multilamelar.
A B
A: Unilamellar vesicle Tersusun
atas satu fosfolipid bilayer
B: Multilamellar vesicle Tersusun
atas beberapa fosfolipid bilayer
Macam-macam Liposom
1. SMALL UNILAMELAR VESICLE (SUV,
15-25nm)
2. INTERMEDIATE-SIZED UNILAMELLAR
VESICLE (IUV, >100nm)
3. LARGE UNILAMELAR VESICLE (LUV,
> 1000nm)
4. MULTI LAMELAR VESICLE (MLV)
5.
MULTIVESICULAR VESICLE (MVV)
Karakteristik MLV
¤ Lebih dari satu layer
¤ Enkapsulasi obat lipofilik cukup
besar
¤ Stabil dalam penyimpanan jangka
panjang
¤ Cepat dibersihkan oleh RES
¤ Mudah disiapkan
¤ Dibuat dengan metode thin film
hydration
Karakteristik LUV
¤ Single bilayer
¤ Rasio air:lipid tinggi
¤ Bermanfaat untuk obat-obat
hidrofil
¤ Cepat dibersihkan dari
retikuloendotelial
¤ Dibuat dengan active loading,
injeksi eter, dialisis detergen, reverse phase evaporation
Karakteristik SUV
¤ Single bilayer
¤ Ukuran homogen
¤ Secara termodinamik kurang stabil
¤ Mudah beragregasi dan bergabung
pada muatan yang rendah atau netral
¤ Rasio air:lipid kecil, long
circulating
¤ Dibuat dengan mereduksi ukuran
MLV dan LUV menggunakan sonikator, gas extruder,
active loading atau solvent
injection techniques
Mekanisme intra seluler penghantaran
obat liposom:
Penggunaan liposom adalah sebagai
berikut:
¤ Kosmetik
¤ Penghantaran obat
¤ Studi membran
¤ Tumor diagnostic imaging
Aplikasi Liposom Dalam Penghantaran
Obat
¤ Formulation aid
¤ Intracellular drug delivery
¤ Sustained release drug delivery
¤ Gene therapy
¤ Site avoidance delivery
¤ Site spesific targetting
¤ Intraperitoneal administration
¤ Immunological adjuvants in
vaccine
KEUNTUNGAN LIPOSOM SEBAGAI DRUG
DELIVERY
¤ Permukaan mudah dimodifikasi
sehingga dapat dikembangkan sebagai sistem
penghantaran tertarget
¤ Mempengaruhi absorbsi dan biodistribusi
sehingga efikasi dan toksisitas berubah
¤ Mengurangi efek samping yang
berbahaya dan memberi proteksi pada obat
¤ Dapat memperpanjang durasi obat
sehingga mengurangi frekuensi pemberian
¤ Memperbaiki solubilitas obat-obat
dengan kelarutan rendah
Parameter yang Mempengaruhi In Vivo
Behaviour Liposom
¤ Bilayer fluidity
¤ Surface charge
¤ Surface hydration
¤ Liposom size
Interaksi liposom dengan sel dapat
melalui mekanisme sebagai berikut:
PREPARASI LIPOSOM:
Kekurangan/problem dalam sediaan
liposom:
¤ Reprodusibilitas
¤ Sterilisasi
¤ Ukuran partikel
¤ Produksi batch besar
¤ Short circulating
Liposom memiliki keterbatasan sebagai
pembawa obat termasuk kurang stabil secara fisika
kimia, problem sterilitas,
inkompatibilitas dengan obat, efek imunologi dan toksikologi.Penggunaan liposom
dalam bentuk suspensi berair menjadi terbatas sehingga formulasi sebaiknya
disimpan dalam bentuk kering dan dihidrasi sebelum digunakan untuk menghasilkan
suspensi berair liposom (PROLIPOSOM). Proliposom merupakan granular yang free
flowing dan pada saat ditambahkan air terdispersi menjadi suspensi isotonik untuk
pemakaian intravenus atau pemberian melalui rute lain.Studi stabilitas
menunjukkan distribusi
ukuran proliposom yang terhidrasi
tidak berubah secara signifikan lebih dari 9 bulan pada suhu
200 C.
Karakterisasi Liposom:
¤ Sifat fisika dan biologi liposom
dipengaruhi oleh:
/ Ukuran
/ Permeabilitas membran
/ Persentasi entrapped solute
/ Komposisi kimia
/ Kuantitas dan kemurnian bahan
awal
¤ Karakterisasi liposom secara
fisik meliputi:
/ Bentuk, ukuran, dan distribusi
ukuran
/ Percentage drug capture
/ Entrapped volume
/ Lamellarity
/ Percentage drug release
¤ Karakterisasi secara kimia :
/ Estimasi fosfolipid
/ Oksidasi fosfolipid
/ Analisis kolesterol
No comments:
Post a Comment