MY BLOG

head

head 2

ALL ABOUT ME

My photo
BANDUNG, JAWA BARAT, Indonesia
LENGKAPNYA DIONISIUS KRIS DE YANTO AKA RANGGA (A.K.A CRISS DHYON RANGGA) PERUBAHAN NAMA INI MENCERMINKAN PERUBAHAN HIDUPKU YANG DULUNYA TIDAK TAHU APA-APA DAN SEKARANG MENJADI SESEORANG YANG CEPAT TANGGA[P AKAN SESUATU YANG BARU

13agustus

13agustus3

Saturday, February 4, 2017

ANTIMIKROBA RESUME SPESIALIT DAN TERMINOLOGI





RESUME SPESIALIT DAN TERMINOLOGI KESEHATAN
“ANTIMIKROBA”










NAMA
OLEH:

KELOMPOK V






NIM

1.

AGUSTINUS A. SERAN


PO. 5303332121021
2.
DIONISIUS RANGGA

PO. 5303332121028
3.
HERMANUS H. ISMAN

PO. 5303332121035
4.
MARIA G. MENGE SADA

PO. 5303332121042
5.
NUR FITRIANI

PO. 5303332121052
6.
ORTA V. ATAUPAH

PO. 5303332121053




JURUSAN FARMASI POLTEKKES KEMENKES KUPANG
2014









ANTIMIKROBA




A PENGERTIAN

Antimikroba  ialah  obat  pembasmi  mikroba,  khususnya  mikroba  yang  merugikan manusia.

B.    PENGGOLONGAN OBAT

1.  Antibakteri

Antibiotika  adalazat  - zat  kimia  yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil.
a.  Golongan Penisilin

Indikasi                     : Infeksi saluran napas, saluran cerna, saluran kemih, telinga, gonore, dan jaringan bagian lunak.
KI                              : Hipersensitif terhadap penisilin.

Efek Samping           : Reaksi alergi akibat hipersensitasi, gangguan lambung
usus (diare, mual, muntah), ruam kulit, pada dosis tinggi dapat terjadi reaksi nefrotoksis, dan neurotoksis.

Contoh obat:

1)   Ampisilin (Penbritin, Ultrapen, Binotal)

Kekuatan sediaan            : 250 mg dan 500 mg / tab

2)   Amoksisilin (Amoxil, Amoxan, Opimox)

Kekuatan sediaan            : 250 mg dan 500 mg / tab, 125 mg / 5 ml, 250 mg /

5 ml sirup

3)   Penisilin V (Fenocin)

Kekuatan sediaan            : 125 mg, 20000 UI

4)   Ampisilin – Sulbaktam (Unasyn)

Kekuatan sediaan            :  Ampisilin  500  mg  (1000  mg),  sulbaktam  250 mg (500 mg), tiap ml injeksi 750 (1500).






b.  Golongan Aminoglikosida

Indikasi                     : Infeksi saluran napas, saluran kemih, meningitis, infeksi kulit dan jaringan lunak, bronchitis, brokopneumonia.
KI                           : Hipersensitif terhadap aminoglikosida, terapi jangka lama, pada ibu hamil dapat mengakibatkan ketulian pada bayi.
Efek Samping           : Gangguan pendengaran, vertigo. Contoh Obat:
1)   Gentamisin (Garamycin, Gentamerck, Sagestam) Kekuatan sediaan            : 80 mg / 2 ml inj
2)   Tobramisin (Dartobcyn, Tobryne) Kekuatan sediaan            : 40 mg / ml
3)   Kanamisin (Kanarco, kanamisin Hj) Kekuatan sediaan            : 1 g
4)   Amikasin Sulfat (Glybotic, Mikasin)

Kekuatan sediaan            : 250 mg, 500 mg, 1 g

c.  Golongan Kloramfenikol

Indikasi                      Tifus,   infeksi   yang   disebabkan   oleh   Salmonell sp, ricketsia, meningitis, klamidia.
KI                           :  Hipersensitif,  penderita  gangguan  hati  dan  ginjal  yang berat, influenza, batuk demam, infeksi
Efek Samping           :  Gangguan  saluran  cerna,  diskrasia  darah,  sindrom  gray

pada bayi prematur dan baru lahir, mual, muntah, diare.

Contoh Obat:

1)   Tiamfenikol (Anicol, Biothicol, Comthycol)

Kekuatan sediaan            : 250 mg dan 500 mg (tab), 125 mg / 5 ml sirup kering, 250 / 5ml sirup kering (forte).
2)   Kloramfenikol (Colcetin, Colme, Colsancetine)

Kekuatan sediaan            : 250 mg, 125 mg / 5 ml, 1 g vial injeksi






d.  Golongan Kuinolon

Indikasi                     : Infeksi saluran kemih, infeksi saluran nafas, infeksi kulit dan jaringan lunak gonore, uretritis,
KI                              : Hipersensitif, ibu hamil, anak – anak usia <12 tahun.
Efek Samping           :  Mual,  muntah,  kembung,  diare,  rasa  letih,  insomnia, pusing, anoreksia, sakit kepala, erupsi kulit.
Contoh Obat:

1)   Siprofloksasin ( Ciproxin, Ciprec,Ciflos) Kekuatan sediaan            : 250 mg, 500 mg (tab)
2)   Levofloxacin (Armolev, Cravit, Lefos)

Kekuatan sediaan            : 250 mg, 500 mg, 5 mg / ml

3)   Ofloksasin (Betaflox, Ethiflox, Floxika) Kekuatan sediaan            : 200 mg, 400 mg / tab

e.  Golongan Makrolida

Indikasi                     : Infeksi saluran nafas atas dan bawah, saluran kemih, kulit, saluran cerna, dan jaringan lunak lainnya.
KI                           :  Hipersensitif,  penderita  gangguan  hati,  wanita  hamil, laktasi, anak <12 tahun.
Efek Samping           : Gangguan saluran cerna, diare, reaksi alergi ringan, efek

psikis hebat.

Contoh obat:

1)   Eritromisin (Erythrocin, Bannthrocin, Duramycin)

Kekuatan sediaan            : 250 mg dan 500 mg/tab, 200 mg / 5 ml sirup.

2)   Klaritomisin (Clambiotic, Clapharma, Comtro) Kekuatan sediaan            : 250 mg dan 500 mg / tab
3)   Spiramisin (Hipermycin, Inamycin)

Kekuatan sediaan            : 500 mg / tab, 125 mg / 5 ml

4)   Azitromisin (Binozyt, Mezatrin)

Kekuatan sediaan            : 250 mg dan 500 mg / tab






f.  Golongan Sefalosporin

Indikasi                     :  Infeksi  saluran  napas  bawah,  saluran  kemih,  kulit,  dan jaringan lunak, genitor urinaria (infeksi pada organ seksual dan saluran kencing), infeksi telinga.
KI                              : Hipersensitif terhadap sefalosporin.
Efek Samping           : Nyeri pada tempat injeksi, ruam, mual muntah, gangguan saluran pencernaan.

Contoh Obat:

1)   Generasi ke-1

a)   Sefadroksil (Cefat, Bidicef, Biodroxil)

Kekuatan sediaan     : 250 mg dan 500 mg / tab, 125 mg / 5 ml. b)   Sefaleksin (Cefabiotic, Decalexin, Kemolexin)
Kekuatan sediaan     : 250 mg dan 500 mg / tab, 125 mg / 5 ml c)   Sefradin (Dynacef, Lovecef)
Kekuatan sediaan     : 250 mg, 500 mg, 1 g / tab, 125 mg / 5 ml d)   Sefalotin (Cephation, Exion 254)
Kekuatan sediaan     : 1 g

2)   Generasi ke – 2

a)   Sefaklor (Capabiotic, Soclor)

Kekuatan sediaan     : 375 mg, 500 mg, 750 mg b)   Sefuroksin (Zinacef, Soxime)
Kekuatan sediaan     : 500 mg, 750 mg c)   Sefmetazol (Qizol)
Kekuatan sediaan     : 1 g

3)   Generasi ke – 3

a)   Sefotaksim (Claforan, Clafexim, Biocef) Kekuatan sediaan     : 500 mg dan 1 g inj
b)   Sefoperazon (Bifotik) Kekuatan sediaan     : 1 g
c)   Seftizoksim (Cefizox) Kekuatan sediaan     : 1 g






d)   Seftriakson (Rocephin)

Kekuatan sediaan     : 0,5 g dan 1 g e)   Sefiksim (Sofix, Spancef)
Kekuatan sediaan     : 50 mg dan 100 mg f Sefprozil (Cefzil)
Kekuatan sediaan     : 250 mg500 mg, 125 mg / 5 ml

4)   Generasi ke – 4

1)   Sefpirom (Sopiron, Morcef, Romicef) Kekuatan sediaan     : 1 g
2)   Sefepim (Sandocef, Rapime, Procepim) Kekuatan sediaan     : 1 g

g.  Golongan Tetrasiklin

Indikasi                     : Bronkitis kronis, bruselosis, klamidia, mikoplasma infeksi disebabkan Rickettsia, efusi pleura karena keganasan atau sirosis.
KI                           : Hipersensitif, hati hati pada gangguan hati dan ginjal, tidak dianjurkan untuk ibu hamil,menyusui, dan anak < 8 tahun.
Efek Samping           :  Mual,  muntah,  diare,  pewarnaan  gigi  pada  anak  masa pertumbuhan, kulit menjadi peka terhadap cahaya,menjadi
kemerahan dan gatal gatal.

Contoh Obat:

1)   Tetrasiklin (Achromycin, Hostacycline, Stecllin) Kekuatan sediaan            : 250 mg dan 500 mg / tab
2)   Doksisiklin (Interdoxin, Zedoksil)

Kekuatan sediaan            : 50 mg dan 100 mg

3)   Oksitetrasiklin (Terramycin, Corsamycin) Kekuatan sediaan            : 250 mg dan 50 mg / ml






h.  Golongan lain

Indikasi                     : Infeksi anaerob, trikomoniasis, amubiasis, infeksi saluran kemih, infeksi saluran napas, infeksi saluran cerna.
KI                           : Hipersensitif, kehamilan 3 bulan pertama, laktasi, diskrasia darah, gangguan hati dan ginjal.
Efek Samping           :  Gangguan  pencernaan,  leucopenia,  mual,  muntah,  ruam

kulit, pusing, diare, urtikaria.

Contoh Obat:

1)   Metronidazol (Dumozol, Grafazol, Anmerob) Kekuatan sediaan            : 250 mg, 500 mg / tab
2)   Klindamisin (Albiotin, Clinoma)

Kekuatan sediaan            : 150 mg, 300 mg

3)   Linkomisin (Comyn, Ethilin)

Kekuatan sediaan            : 250 mg dan 500 mg / tab

4)   Sulfametoksazol dan Trimetoprim (Bactoprim, Cotrimoksazol, Cotrim) Kekuatan sediaan            :  Sulfametoksazol  100  mg,  Trimetoprim  20  mg
(pediatric);  Sulfametoksazol  400  mg, Trimetoprim 80 mg (adult); Sulfametoksazol 800 mg, Trimetoprim 160 mg (forte)

2.  Antelmintik

Antelmintik adalah obat yang dapat memusnahkan cacing dalam tubuh manusia dan hewan.
Contoh obat:

a.  Mebendazol (Vermox)

Kekuatan sediaan     : 500 mg / tab

Indikasi                     : Infeksi cacing gelang, cacing kremi, cacing tambang. KI                              : Anak usia balita, ibu hamil.
Efek Samping           : Nyeri perut, diare, sakit kepala, demam, gatal gatal, ruam.






b.  Piperazin (Upixon, Combicetrine, Piperacyl) Kekuatan sediaan     : 1 g / 5 ml
Indikasi                     : Infeksi cacing gelang, cacing kremi.

KI                           :  Jangan  diberikan  pada  penderita  gangguan  fungsi  hati, ginjal, dan ayan.
Efek Samping           : Mengantuk, muntah, gangguan otot dan mata, sembelit.

c.  Pirantel (Combantrin, Quantrel, Trivexan)

Kekuatan sediaan     : 125 mg, 250 mg, 250 mg / 5 ml

Indikasi                     : Infeksi cacing gelang, cacing kremi, cacing tambang. KI                              : Jangan digunakan pada ibu hamil.
Efek Samping           :  Tidak  nafsu  makan,  kejang perut,  mual,  muntah,  diare, sakit kepala, susah tidur.

d.  Levamisol (Askamex, Levotetramisol, Ergamisol) Kekuatan sediaan     : 50 mg / tab
Indikasi                     : Ascariasis, infeksi cacing tambang

KI                           : Hipersensitif pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, hati, dan hamil.
Efek Samping           : Alergi, kelainan darah, hati hati terhadap penderita rema dan penyakit auto imun lainnya.

3.  Antituberkulostik

Tuberkulosis singkatnya TBC, adalah suatu penyakit menular yang paling sering (sekitar 80%) terjadi di paru-paru. Penyebabnya adalah bakteri Gram negatif Mycobacterium tuberculosis.
a.   Penggolongan obat

1) Obat Primer, yaitu obat - obat yang paling efektif dan paling rendah toksisitasnya,  tetapmenimbulkan  resistensi  dengan cepat  bila  digunakan sebagai obat tunggal. Terapi selalu digunakan dengan kombinasi 3 - 4 obat.
2)   Obat Sekunder, yaitu obat yang memiliki kegiatan lebih lemah dan bersifat lebih toksis, maka hanya digunakan bila terdapat resistensi atau in intoleransi terhadap obat primer, juga terhadap infeksi MAI pada penderita HIV.






b.   Contoh obat

Obat Primer

1)   Rifampisin (Rifadin, Rimactane, Rimactazid)


Kekuatan sediaan
: 150 mg, 300 mg, 450 mg, 600 mg
Indikasi
: Pengobatan tuberkulosis.
KI
:  Hipersensitivitas,  gangguan  fungsi  hati,  hamil

trimester pertama, bayi prematur dan baru lahir,

gangguan fungsi ginjal, epilepsi, neuritis perifer.
Efek Samping
:  Gangguan  fungsi  hati,  mengalami  warna  merah


pada urin, dahak, air mata, tinja, gangguan saluran


cerna.

2)
Isoniazid (INH)


Kekuatan sediaan
: 100 mg

Indikasi
: Pengobatan tuberkulosis.

KI
 Hipersensitivitas,   disfungsi   hat dan   ginjal,
penderita epilepsi.

Efek Samping                :  Gatal   gatal,  neuritis  perifer,  konvulsi,  dan nekrosis hati.

3)   Pirazinamid (Prazina, Pezeta, Sanazet) Kekuatan sediaan          : 500 mg / tab
Indikasi                          : Pengobatan tuberculosis.

KI                                :   Hipersensitivitas,   gangguan   fungsi   hat akut, hiperurisemia, arthritis gout, wanita hamil dan menyusui.
Efek Samping                : Gangguan fungsi hati ringan, mual, muntah, tidak nafsu makan,anemia, nyeri sendi, demam, malaise.






4)   Etambutol (Myambutol, Bimabutol, Cetabutol) Kekuatan sediaan          : 250 mg, 500 mg / tab Indikasi                          : Pengobatan tuberkulosis.
KI                                    Hipersensitif anak   <1 tahun,   neuriti optic

(radang saraf, mata), kerusakan ginjal berat.

Efek Samping                :  Neuritis  optica  (radang  saraf  mata),  buta  warna merah   hijau,  alergi,  ganguan  saluran  cerna,
hiperurikemia.

Obat Sekunder

1)   Streptomisin

Kekuatan sediaan         : 1 g, 5 g/ vial injeksi

Indikasi                         : Pengobatan tuberkulosis.

KI                                  : Hipersensitivitas, penggunaan jangka waktu lama. Efek Samping               : Gangguan pendengaran.

4.  Antileprotik

Lepra atau kusta adalah suatu penyakit infeksi kronis yang merusak terutama jaringan saraf dan kulit, disebabkan oleh Mycobacterium leprae.
Contoh obat:

a.  Rifampisin

Kekuatan sediaan    : 150 mg, 300 mg, 450 mg, 600 mg

Indikasi                    : Pengobatan tuberkulosis.

KI                          :  Hipersensitivitas,  gangguan  fungsi  hati,  hamil  trimester pertama, bayi prematur dan baru lahir, gangguan fungsi ginjal, epilepsi, neuritis perifer.
Efek Samping          : Gangguan fungsi hati, mengalami warna merah pada urin, dahak, air mata, tinja, gangguan saluran cerna.

b.  Dapson (DDS, Diaminodifenilsulfon) Kekuatan sediaan     : 50 mg, 100 mg Indikasi                     : Pengobatan lepra.
KI                              : Hipersensitif terhadap dapson.






Efek Samping           :  Sakit  kepala,  mual,  muntah,  sukar  tidur,  tachycardia,

kelainan darah.

c.   Klofazimin (Lampren) Kekuatan sediaan    : 100 mg
Indikasi                    : Pengobatan lepra.

KI                            : Hipersensitif, penggunaan jangka waktu lama.

Efek Samping          : Pewarnaan merah yang reversible dari kemih, keringat, air mata,   dan   selapu mata,   ludah,   dan   tinja,   gangguan lambung-   usus pengendapan   krista klofazimi pada dinding usus dan cairan mata.

5.  Antifungi

Antifung atau   antimikotik adalah   obat-obat   yang   berday menghentikan pertumbuhan atau mematikan jamur yang menghinggapi manusia.
a.  Senyawa Imidazol

1) Ketokonazol (Nizoral, Dexazol, Formyco)

Kekuatan sediaan : 200 mg / tab, 10 mg / ml, 20 mg / ml

Indikasi                : Infeksi jamur pada kulit, rambut, dan kuku, kandidiasis, infeksi jamur sistemik.
KI                        : Hipersensitivitas, gangguan hati.

Efek Samping      : Sakit kepala, urtikaria, pusing, mengantuk, mual, muntah, hepatotoksik.

2) Mikonazol (Daktarin)

Indikasi                 Infeksi   jamu pada   kulit kandidiasis,   infeksi   jamur sistemik.
KI                        : Hipersensitif

Efek Samping      : Iritasi, reaksi alergi dan rasa terbakar di kulit.






b.  Derivat Triazol

1) Flukonazol (Diflucan, Candizol, Candid) Kekuatan sediaan : 50 mg, 150 mg
Indikasi                :  Kandidiasis  esophagus  dan  orofaring,  infeksi  kandida sistemik, saluran kemih, dan pneumonia.
KI                        : Hipersensitif terhadap golongan azol.

Efek Samping      :  Mual,  nyeri  perut,  diare,  kembung,  ruam,  sakit  kepala, perubahan fungsi ginjal, hematologi.

2) Itrakonazol (Forcanox, Sporanox) Kekuatan sediaan : 100 mg, 10 mg / ml
Indikasi                : Kandidiasis vulvovagina, kandidiasis mulut, dermatomikosis, fungal keratitis
KI                        : Hipersensitif, kehamilan.

Efek Samping      : Mual, sakit perut, sakit kepala, dyspepsia, pusing, urtikaria, angioedema.

c.  Asam Organis

Asam salisilat (Ung. Whitfield)

Indikasi                     : Penyakit kulit karena jamur. KI                              : Hipersensitif, luka pada mata.

d.  Griseofulvin (Fulvin, Griseofort, Fungistop) Kekuatan sediaan     : 125 mg, 500 mg
Indikasi                     : Infeksi jamur pada kulit, rambut, kuku.

KI                              : Hipersensitivitas, gangguan hati, porfiria.

Efek Samping            Gangguan   pencernaan,   saki kepala,   fotosentivitas, angioderma, reaksi kulit.

e.  Nistatin (Mycostatin, Candistin, Fungatin) Kekuatan sediaan     : 100000 UI / ml; 500000 UI.
Indikasi                     : Kandidiasis mulut, esophagus, dan usus, KI                              : Hipersensitif.






Efek Samping           : mual muntah selewat, diare, nyeri abdomen.

f.  Lainnya

Terbinafin (Lamisil)

Kekuatan Sediaan     : 250 mg

Indikasi                     : Infeksi jamur pada kulit dan kuku. KI                              : Hipersensitif.
Efek Samping           : Gangguan saluran cerna.

6.  Antimalaria

Malaria (berasal dari bahasa Italia: mala = buruk, aria = udara) adalah penyakit infeksi dengan demam berkala yang disebabkan oleh parasit Plasmodium dan ditularkan oleh sejenis nyamuk tertentu (Anopheles).
Contoh obat:

a.  Klorokuin (Nivaquine, Resochin, Malarex) Kekuatan Sediaan     : 150 mg dan 250 mg
Indikasi                     : Serangan akut malaria yang disebabkan oleh plasmodium. KI                              : Hipersensitif, penderita dengan perubahan visual / retina,
gangguan darah.

Efek Samping           :  Gangguan  saluran  cernakejang –  kejangsakikepala, gangguan visual, kelainan darah (anemia aplastis).

b.  Meflokuin (Lariam)

Indikasi                     : Antimalaria.

KI                              : Hipersensitif terhadap meflokuin.

Efek Samping           :  Rasa  takut,  gelisah,  agitasi,  depresi,  sukar  tidur,  sukar konsentrasi.

c.  Proguanil (kloroguanida HCl, Paludrine) Kekuatan sediaan     : 100 mg
Indikasi                     : Antimalaria.

KI                              : Hipersensitif terhadap proguanil.

Efek samping            : Muntah, nyeri lambung, stomatitis, anoreksia.



KI



Efek samping
:  Hipersensitif,  hati-hati  pada  anemia,  gangguan  fungsi hati dan ginjal.
: Gangguan saluran cerna, anemia.

e.

Primakuin

Indikasi



: Antimalaria.

KI

Efek samping
: Hipersensitif, gangguan penglihatan
:    Gangguan    saluran   cerna,    nyeri    kepala,    gangguan penglihatan, gatal gatal.


f.

Kinin (Euchinin) Kekuatan sediaan




: 100 mg

Indikasi

KI

Efek samping
: Antimalaria.

: Hipersensitif, hemolisis, tinnitus.

 Tinitus,   saki kepala gangguan   gastrointestinal   dan

penglihatan, vertigo, demam, ruam kulit. g.  Sulfadoksin Pirimethamin (Fansidar, Plasmodin, Suldox)
Kekuatan sediaan     : Sulfadoksin 500 mg, Pirimethamin 25 mg

Indikasi                     : Antimalaria.

KI                           : Hipersensitif, hati- hati pada anemia, fungsi hati dan ginjal yang kurang baik.
Efek samping            :  Gangguan  saluran  cerna,  kelelahan,  reaksi  kulit  dan

agranulositosis.

h.  Halofantrin (Halfan)

Kekuatan sediaan     : 500 mg Indikasi                     : Antimalaria. KI                              : Hipersensitif
Efek samping            : Nyeri perut, mual, diare, gatal gatal.



KI                              : Hipersensitif

Efek samping            : Mual, muntah, sakit perut.

7.  Antivirus

Virus adalah mikroorganisme hidup yang terkecil (besarnya 20-300 mikron). Penggolongan obat:
a.  Obat Antiretroviral

1) Didanosin (Videx)

Kekuatan sediaan : 50 mg dan 100 mg

Indikasi                : Infeksi HIV, terutama HIV tingkat lanjut. KI                        : Hipersensitif
Efek samping       : Diare, pankreatitis, neuropati perifer.

2) Stavudin (Zerit)

Kekuatan sediaan : 30 mg dan 40 mg

Indikasi                : Infeksi HIV, terutama HIV tingkat lanjut, dikombinasikan dengan obat lain.
KI                        : Hipersensitif.

Efek samping       : Neuropati perifer, sakit kepala, mual, dan ruam.

3) Zidovudin (Retrovir)

Kekuatan sediaan : 100 mg, 300 mg, sirup 5 mg / 5 ml

Indikasi                : Infeksi HIV. KI                        : Hipersensitif
Efek samping       : Anemia, neutropenia, sakit kepala, mual.

4) Nevirapin (Viramune) Kekuatan sediaan : 200 mg
Indikasi                :  Kombinasi  dengan  antiretrovirus  lain  untuk  pengobatan infeksi HIV-1






KI                        : Disfungsi hati atau ginjal.

Efek Samping      : Ruam, reaksi alergi, mual, demam, sakit kepala, diare.

b.  Antinonretrovirus

1) Asiklovir (Acifar, Azovir, Danovir) Kekuatan sediaan : 200 mg dan 400 mg
Indikasi                : Herpes simpleks, herpes zoster, dan varicella zoster. KI                        : Hipersensitif.
Efek samping       : Ruam kulit, gangguan saluran cerna, neurotoksisitas.

2) Valaksiklovir (Valvir, Herclov) Kekuatan sediaan : 500 mg
Indikasi                :  Herpes  zoster,  herpes  simpleks  pada  kulit,  membrane mukosa, herpes genital
KI                        : Hipersensitif

Efek samping       : Sakit kepala, mual, gangguan ginjal.

3) Foskarnet

Kekuatan sediaan : i.v 24 mg / ml

Indikasi                 Retiniti CM pada   pasie AIDS,   infeksi   herpes mukokutan yang resisten terhadap asiklovir.
KI                        : Hipersensitif.

Efek samping       : Nefrotoksisitas, hipokalsemia simptomatik.

4) Valgansiklovir (Valcyte) Kekuatan sediaan : 450 mg
Indikasi                :    Induksi    dan    terapi    pemeliharaan    untuk    retinitis sitomegalovirus (CMV) pada pasien AIDS.
KI                        : Hipersensitif.

Efek samping       : Kandidiasis,oral, infeksi saluran kemih, anemia, anoreksia, depresi, sakit kepala, insomnia.






5) Gansiklovir

Kekuatan sediaan : 250 mg

Indikasi                : Terapi infeksi CMV KI                        : Hipersensitif.
Efek samping       : Mielosupresi, trombosit topenia. c.  Antivirus untuk influenza
1) Ribavirin (Virazide) Kekuatan sediaan : 100 mg
Indikasi                : Pengobatan pneumonia virus berat disebabkan Respiratory

Syncytial Virus (RSV) pada bayi dan anak.

KI                       :  Hepatik  fibrosis  parah,  gangguan  ginjal,  dan  anemia, wanita hamil, laktasi.
Efek Samping      : Konjungtivitis, hipotensi.

2) Amantadin dan Rimantadin

Indikasi                : Pencegahan dan terapi awal infeksi virus influenza A. KI                        : Hipersensitif.
Efek samping       :  Gastrointestinal  ringan,  gelisah,  insomnia,  hilang  nafsu makan.

d.  Antivirus untuk HBV dan HCV

1) Lamivudin (3TC, Epivir)

Kekuatan sediaan : 10 mg / ml larutan, 100 mg

Indikasi                : Infeksi HBH KI                        : Hipersensitif.
Efek samping       : Obat ini umumnya dapat ditoleransi dengan baik.

2) Interferon (Roferon A, Alfanative)

Indikasi                : Infeksi kronik HBV, infeksi kronik HCV, sarcoma. KI                        : Hipersensitif.
Efek samping       : Fatigue, leucopenia, depresi.






3) Entekavir (Baraclude)

Indikasi                : Terapi infeksi hepatitis B kronik. KI                        : Hipersensitif.
Efek samping       : Sakit kepala, lelah, pusing, mual.






DAFTAR PUSTAKA



Anonim.  1995.  Farmakologi  dan  terapi  edisi  4.  Jakarta  :  Bagian  Farmakologi  Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia


Anonim. 2010. ISO Indonesia volume 46 – 2011 s/d 2012. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan



Tjay, Tan Hoan dan Rahardja, Kirana, 2007. Obat - Obat Penting. Edisi VI, Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.





selingan

No comments: