Tugas DSSO
Skrining Fitokimia
NAMA : DIONISIUS KRIS DE YANTO AKA RANGGA
NPM : 13161010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuh-tumbuhan
mempunyai kedudukan dan peranan yang amat penting dalam kehidupan manusia.
Hampir lima dekade terakhir ini timbul ketertarikan yang kuat dalam meneliti
tumbuhan sebagai sumber obat-obatan. Ini didasarkan pada beberapa
alasan.Pertama, adanya gerakan revolusi hijau yang didasari keyakinan bahwa
pengobatan dengan tumbuhan lebih aman dan dapat mengurangi efek samping pada
tubuh manusia dibandingkan dengan obat-obatan sintetis. Kedua, adanya fakta
bahwa banyak obat-obatan penting yang digunakan sekarang berasal dari tumbuhan
Diperkirakan sekitar 30.000 spesies tumbuhan ditemukan di dalam hutan hujan
tropika, sekitar 1.260 spesies diantaranya berkhasiat sebagai obat. Pada saat
ini, baru sekitar 180 spesies yang telah digunakan untuk berbagai keperluan
industri obat dan jamu, tetapi baru beberapa spesies yang telah dibudidayakan
secara intensif.Diperkirakan masih banyak tumbuhan berkhasiat obat yang belum
diketahui kandungan senyawa aktifnya, sehingga diperlukan penelitian
khusus.Agar pengobatan secara tradisional dapat dipertanggung jawabkan maka
diperlukan penelitian ilmiah seperti penelitian di bidang farmakologi,
toksikologi, identifikasi dan isolasi zat kimia aktif yang terdapat dalam
tumbuhan.Tumbuhan dapat digunakan sebagai obat obatan karena tumbuhan tersebut
menghasilkan suatu senyawa yang memperlihatkan aktifitas biologis tertentu.
Senyawa aktif biologis itu merupakan senyawa metabolit sekunder yang meliputi
alkaloid, flavonoid, terpenoid dan steroid.
1.2 Tujuan
Untuk
mengetahui kandungan senyawa aktif dari daun singkong (Manihot Utilisma dan daun papaya (Carica papaya L)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia adalah tahapan awal
untuk mengidentifikasi kandungan kimia yang terkandung didalam tumbuhan, karena
pada tahap ini kita bisa mengetahui golongan senyawa kimia yang dikandung
tumbuhan yang akan sedang kita uji atau diteliti.
Metode yang digunakan dalam skrining fitokimia
harus memiliki persyaratan :
·
Metodenya sederhana dan
cepat
·
Peralatan yang digunakan
sedikit
·
Selektif dalam
mengindentifikasi senyawa-seyawa tertentu
·
Dapat memberikan
informasi tambahan mengenai keberadaan senyawa tertentu dalam kelompok senyawa yang diteliti
Golongan
senyawa kimia dapat ditentukan dengan cara :
·
Uji warna
·
Penetuan kelarutan
·
Bilangan Rf
·
Jenis spectrum UV
·
Senyawa kimia
berdasarkan asal biosintesis, sifat kelarutan, gugus fungsi digolongkan menjadi
:
·
Senyawa fenol, bersifat
hidrofil, berasal dari asam shikhimat
·
Terpenoid, berasal dari
lipid, biosintesis nya berasal dari isopentenil pirofopat.
·
Asam organic, lipid dan
sejenisnya, biosintesis nya berasal dari asetat.
·
Senyawa nitrogen,
bersifat basa dan bereaksi positif terhadap ninhidrint atau dragendrof
·
Gula dan turunannya
·
Makro molekul, umumnya
memiliki bobot molekul yang tinggi.
Sedangkan
berdasarkan biogesisinya senyawa bahan alam dikelompokan menjadi :
·
Asetogenin : flavonoid,
lipid, lignin dan kuinon
·
Karbohidrat :
monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida
·
Isoprenoid : terpenoid,
steroid dan karetonoid.
·
Seyawa mengandung
nitrogen : alkaloid, asam amino, protein dan nukleat.
2.2 Tumbuhan Singkong (Manihot
utilissima Pohl.)
Singkong (Manihot utilissima) pertama
kali dikenal di Amerika Selatan
kemudian
dikembangkan pada masa prasejarah di Brasil dan Paraguay. Di
Indonesia,
singkong diperkenalkan oleh orang Portugis pada abad ke-16 dari
Brasil
dan mulai ditanam secara komersial sekitar tahun 1810. Singkong atau
dalam
bahasa daerahnya dikenal dengan ketela pohon, ubi kayu, pohung (Jawa), sampeu
(Sunda) dan kaspe (Papua) adalah pohon tahunan daerah tropis dansubtropik dari
keluarga Euphorbiaceae .
Tanaman
singkong dapat beradaptasi secara luas di daerah yang beriklim tropis. Di Indonesia,
tanaman ketela pohon dapat tumbuh dan berproduksi didaerah dataran rendah sampai
dataran tinggi, yakni pada ketinggian antara 10 m – 1500 mdpl. Namun,
pertumbuhan dan produksi optimal akan diperoleh di daerahyang memiliki suhu
minimum 100C, kelembapan udara antara 60% - 65%, dancurah hujan berkisar antara
700 mm – 1500 mm/tahun. Lahan penanamaan sebaiknya merupakan tempat terbuka
dengan penyinaran matahari 10 jam/hari.Jenis tanah yang ideal bagi penanaman
ketela pohon adalah jenis tanah alluvial,latosol, podsolik, merah kuning,
mediteran, grumosol, dan andosol.Tanahsebaiknya memiliki struktur remah dan
konsistensi gembur, banyak mengandungbahan organik, dan memiliki aerasi dan
drainase yang baik. Kondisi pH tanahyang paling sesuai adalah 5,8.
2.2.1 Klasifikasi Tanaman
taksonomi
tanaman singkong adalah sebagai
berikut:
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas :
Dicotyledoneae
Ordo :
Euphorbiales
Famili :
Euphorbiaceae
Genus :
Manihot
Spesies :
Manihot utilissima Pohl.
2.2.2 Morfologi Tanaman (Manihot utilissima Pohl)
Singkong (Manihot utilissima) adalah tanaman dikotil. Merupakan tanaman
semak
belukar tahunan, ubi kayu tumbuh sekitar 1-4 m dengan daun besar yang
menjari
dengan 5-9 belahan lembar daun. Daunnya yang bertangkai panjang
bersifat
cepat luruh yang berumur paling lama hanya beberapa bulan. Batangnya
3
memiliki pola percabangan yang khas, yang keragamannya bergantung pada
kultivar.
Pada tanaman yang diperbanyak secara vegetatif, akar serabut tumbuh
dari
dasar lurus. Umbinya berwarna putih atau kekuningan.Singkong memiliki umbi atau
akar pohon yang panjang dengan diameter dan tinggi batang yang beagam
tergantung dari varietasnya. Di Indonesia, umbinya dikenal luas sebagai makanan
pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagaisayuran .
2.2.3 Kandungan Kimia Daun Singkong (Manihot utilissima Pohl)
Daun
singkong memiliki berbagai kandungan yaitu, flavonoid, triterpenoid,
saponin,
tannin dan vitamin C (Nurdiana, 2013). Di dalam daun singkong
mengandung
vitamin A, B1 dan C, kalsium, kalori, fosfor, protein, lemak, hidrat
arang,
dan zat besi (Agoes, 2010). Menurut hasil penelitian, daun singkong
termasuk
jenis sayuran yang banyak mengandung flavonoid. Kandungan utama
flavonoid
daun singkong adalah rutin yang merupakan glikosida kuersetin dengan
disakarida
yang terdiri dari glukosa dan shamnosa.
2.3 Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)
Pepaya (Carica papaya L.) merupakan
tanaman yang sudah dikenal oleh masyarakat dan merupakan tanaman family
caricaceae yang berasal dari Meksiko Selatan dan bagian utara dari Amerika
Selatan, dan kini banyak ditanam di daerah tropis. Pohon pepaya
mempunyai sifat khas, yaitu dapat tumbuh dengan cepat karena
ditanam
dari benih, sesudah 6 bulan tingginya mencapai 2 meter dan sudah mulai berbuah. Tanaman
tersebut kini menyebar luas dan banyak ditanam di seluruh daerah
tropis
untuk diambil buahnya. Pohon pepaya umumnya tidak bercabang atau bercabang
sedikit, tumbuh setinggi 5-10 m dengan daun yang membentuk serupa spiral pada batang
pohon bagian atas. Daunnya menyirip lima dengan tangkai yang panjang dan berlubang
di bagian tengah (Kalie, 1996). Pepaya memiliki tiga jenis bunga, yaitu: bunga
jantan, bunga betina, dan bunga hermaprodit. Bunga pepaya memiliki mahkota
bunga berwarna kuning pucat dengan tangkai atau duduk pada batang.Bunga jantan
tumbuh pada tangkai panjang dan berbentuk ramping dengan mahkota bunga terdiri
dari 5 helai dan berukuran kecil. Bunga betina memiliki lima buah putik,
berukuran agak besar dan memiliki bakal buah yang berbentuk bulat, sehingga
akan menghasilkan buah yang berbentuk bulat juga. Bunga hermafrodit memiliki
putik dengan bakal buah dan benang sari.Bunga hermafrodit dibedakan menjadi
bunga hermafrodit elongate, bunga hermafrodit pentadria, dan bunga hermafrodit
antara.Bentuk buah pepaya bulat hingga memanjang, dengan ujung biasanya
meruncing.Warna buah ketika muda hijau gelap, dan setelah masak hijau muda
hingga kuning.Bentuk buah membulat bila berasal dari tanaman betina. Bagian
tengah buah berongga .
2.3.1 Klasifikasi Tanaman (Carica
papaya
L.)
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan Berbunga)
Kelas :
Magnoliopsida (Tumbuhan Dikotil)
Ordo : Violales
Famili : Caricaceae
Genus :
Carica L.
Spesies : Carica papaya
L.
2.3.2. Morfologi Pepaya (Carica
papaya
L.)
Akar tanaman ini berupa akar tunggang, karena akar
tembaga tumbuh menjadi akar pokok yang bercabang menjadi akar-akar yang lebih
kecil memiliki bentuk bulat dan berwarna putih kekuningan.Akar-akar ini tidak
berasal dari calon akar yang asli atau sering juga disebut dengan akar liar.Sedangkan
untuk batangnya, berbentuk bulat dengan permukaan batang penuh dengan
bekas-bekas daun patahan dari tangkai daunnya.Batang ini tumbuh tegak lurus,
memiliki rongga-rongga dan sedikit bercabang.Tinggi batang bisa mencapai antara
5 – 10 meter.
Pada bagian daunnya, tanaman Pepaya memiliki daun
tunggal dengan ukuran yang cukup besar.Daun pada tanaman ini berjari, bergigi
dan memiliki tangkai daun yang panjang dan memiliki warna putih
kekuningan.Helai daunnya berbentuk seperti telapak tangan, jika dilipat jadi
dua bagian akan terlihat bentuk simetris dari daun Pepaya tersebut. Permukaan
daun Pepaya bersifat licin, mengkilat, dengan daging seperti perkamen. Untuk bunga tanaman
Pepaya, tergolong bunga majemuk terletak dengan sebuah tangkai.Bunga tanaman
Pepaya memiliki 3 jenis, yaitu bunga Jantan, Betina, dan Sempurna. Bunga jantan
yaitu bunga yang terdiri dari benang sari saja,
sedangkan bunga betina hanya terdiri dari putik
saja, kemudian bunga sempurna terdiri dari keduanya (benang sari dan putik).
Bunga Pepaya memiliki mahkota yang terdiri dari 5 kelopak yang melingkar dengan
benang sari atau putik sebagai pusatnya.Tanaman ini tergolong tanaman
polygamous karena 3 jenis bunga yang dimilikinya.Karena memiliki jenis-jenis
bunga tersebut, penyerbukan yang dilakukan adalah penyerbukan silang.Buah
Pepaya berupa buah sejati, yaitu buah yang terdiri dari bunga dengan satu bakal
buah.Buahnya terletak pada ketiak tangkai dengan warna kulit hijau muda hingga
tua, dengan daging buah yang cukup tebal berwarna kuning kemerahan, dengan
bentuk buah bulat atau sedikit lonjong.Pada dagingnya terbenam banyak sekali
biji-biji berukuran kecil berwarna hitam atau coklat berbentuk sedikit lonjong.
2.3.3 Kandungan Kimia
Daun Pepaya (Carica papaya L.)
Kandungan
kimia dari daun pepaya adalah alkaloid karpain, dehidrokarpain, tflavonoid,
tannin, nikotin, prunasin dan glikosida sianogenik. Selain itu daun pepaya juga
mengandung enzim papain yang dilaporkan merupakan enzim proteolitik cistein
dimana enzim ini mempunyai kemampuan proteolitik, yaitu mampu memecah molekul –
molekul protein menjadi bentuk asam amino menyatakan papain mampu
menembus kulit telur akibatnya dapat
menganggu perkembangan larva yang ada dalam telur cacing Ascaris suum dan bahkan dapat
membunuh larva cacing oleh daya proteolitik enzim tersebut. Daun pepaya juga mengandung
benzil-isothyocianate (BITC) yang dapat menghambat asupan glukosa sehingga
cacing akan kekurangan glukosa dan secara otomatis akan menyebabkan kekurangan
energi dalam tubuh cacing,
dan pada akhirnya menyebabkan
kematian cacing
2.4 Tanaman
Cengkeh (Syzygium aromaticum)
Pohon
cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh dengan tinggi 10-20 m.
Mempunyai daun berbentuk lonjong yang berbunga pada pucuk-pucuknya.Tangkai buah
pada awalnya berwarna hijau, dan berwarna merah jika bunga sudah mekar. Cengkeh (Syzygium aromaticum) termasuk jenis tumbuhan perdu yang
dapat memiliki batang pohon besar dan berkayu keras cengkeh mampu bertahan
hidup puluhan bahkan sampai ratusan tahun, tingginya dapat mencapai 20 -30
meter dan cabang-cabangnya cukup lebat.
Cabang-cabang dari tumbuhan cengkeh tersebut
pada umumnya panjang dan dipenuhi oleh ranting-ranting kecsil yang mudah
patah.Mahkota atau juga lazim disebut tajuk pohon cengkeh berbentuk
kerucut. Daun cengkeh berwarna hijau berbentuk bulat telur memanjang
dengan bagian ujung dan panggkalnya menyudut. Bunga dan buah cengkeh akan
muncul pada ujung ranting daun dengan tangkai pendek serta bertandan.Pada saat
masih muda bunga cengkeh berwarna keungu-unguan, kemudian berubah menjadi
kuning kehijau-hijauan dan berubah lagi menjadi merah muda apabila sudah tua.
Sedang bunga cengkeh kering akan berwarna coklat kehitaman dan berasa pedas
sebab mengandung minyak atsiri. Umumnya cengkeh pertama kali berbuah pada umur
4-7 tahun Dari sudutbotanis, tanaman cengkeh adalah termasuk famili Myrtacea
dan sekerabat dengan jambu air(Eugenia Jambos).
2.4.1 Klasifikasi Tanaman (Syzygium aromaticum (L.) Merr.& Perry)
Divisi :
Spermatophyta
Subdivisi :
Angiospermae
Kelas :
Dicotyledonae
Bangsa :
Myrtales
Suku :
Myrtaceae
Marga :
Syzygium
Jenis :
Syzygium aromaticum (L.) Merr.& Perry
2.2.2 Morfologi Tanaman (Syzygium aromaticum (L.) Merr.& Perry)
Daun
cengkeh tidak termasuk daun lengkap karena memiliki tangkai daun (petiolus),
helaian daun (lamina), namun tidak memiliki upih/pelepah daun
(vagina). Daunnya berbentuk lonjong dan berbunga pada bagian ujungnya.Termasuk
daun majemuk karena dalam satu ibu tangkai ada lebih dari satu daun.
Batangdari
pohon cengkeh biasanya memiliki panjang 10-15 m. Batang berbentuk bulat
(teres), permukaan batangnya kasar biasanya memiliki cabang-cabang yang
dipenuhi banyak ranting atau dapat dikatakan lebat rantingnya. Arah tumbuh
batangnya tegak lurus (erectus) dan cara percabangan dari rantingnya dapat
dikatakan monopodial karena masih dapat dibedakan antara batang pokok dan
cabangnya. Lalu arah tumbuh cabangnya adalah condong ke atas (patens).Selain
itu pohon cengkeh dapat bertahan hidup hingga puluhan tahun. Tangkainya
kira-kira1-2,5 cm.
Sistem
akarnya tunggang, akar ini merupakan akar pokok (berasal dari akar lembaga)
yang kemudian bercabang-cabang.Bentuk akar tunggangnya termasuk berbentuk
tombak (fusiformis) pada akar tumbuh cabang yang kecil-kecil.Akar kuat sehingga
bisa bertahan sampai puluhan bahkan ratusan tahun.Akarnya biasanya mampu masuk
cukup dalam ke tanah. Perakaran
pohon cengkeh relatif kurang berkembang,tetapi bagian yang dekat permukaan
tanah banyak tumbuh bulu akar.Bulu akar tersebut berguna untuk menghisap
makanan. Pohon cengkeh mampu menghasilkan biji setelah penanaman 5
tahun.Bijinya terdiri dari kulit (spedodermis), tali pusar (funiculus), dan
inti biji (nukleus seminis).Walaupun dalam jangka 20 tahun masih dapat
menghasilkan biji, biji ini dapat dikatakan sudah tidak menguntungkan.Hal ini
dikarenakan kualitasnya telah menurun dan tidak dapat digunakan lagi untuk
industri, misal rokok.
Bunga
cengkeh muncul pada ujung ranting daun (flos terminalis) dengan tangkai pendek
dan bertandan (bunga bertangkai nyata duduk pada ibu tangkai bunga). Bunga
cengkeh termasuk bunga majemuk yang berbatas karena ujung ibu
tangkainya selalu ditutup bunga. Bunga terdiri dari tangkai
(pedicellus), ibu tangkai (pedunculus), dan dasar bunga (repectaculum). Bunga
cengkeh adalah bunga tunggal (unisexualis) jadi masih dapat
dibedakan menjadi bunga jantan (flos masculus) dan betina (flos femineus).
Dasar bunganya (repectaculum) menjadi pendukung benang sari dan putik
(andoginofor).
Cengkeh
memiliki tangkai buah yang pada masa awal berwarna hijau dan saat sudah mekar
berwarna merah.Buahnya termasuk buah semu karena ada bagian bunga yang ikut
ambil bagian dalam pembentukan buah. Buah cengkeh memiliki tangkai buah yang pada masa awal berwarna
hijau dan saat sudah mekar berwarna merah. Buahnya secara umum tersusun atas
bagian-bagian secara umum pada kulit buah antara lain epikarpium, mesokarpium,
dan endokarpium. Selain itu ada septum dan ovarium.
2.4.3 Kandungan
Kimia (Syzygium
aromaticum (L.) Merr.& Perry)
Kandungan kimia padadaun cengkeh yaitu Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolik sekunder yang paling banyak ditemukan di dalam jaringan tanaman. Flavonoid termasuk dalam golongan senyawa fenolik dengan struktur kimia C6-C3-C6. Berbagai jeni senyawa, kandungan dan aktivitas antioksidatif flavonoid sebagai salah satu kelompok antioksidan alami yang terdapat pada sereal, sayur-sayuran dan buah, telah banyak dipublikasikan. Flavonoid berperan sebagai antioksidan dengan cara mendonasikan atom hidrogennya atau melalui kemampuannya mengkelat logam, berada dalam bentuk glukosida (mengandung rantai samping glukosa) atau dalam bentuk bebas yang disebut aglikon flavonoid merupakan senyawa yang larut dalam air. Senyawa yang merupakan golongan terbesar dari fenol ini dapat diekstraksi dengan etanol 70%.Apabila fenol yang berasal dari tumbuhan ini dilarutkan dengan etanol, maka oksidasi enzim dapat dicegah sehingga mencegah kerja enzim fenolase yang dapat merusak struktur fenol.Efek flavonoid terhadap macam-macam organisme sangat banyak dan dapat menjelaskan mengapa tumbuhan yang mengandung flavonoid dipakai dalam pengobatan tradisional.Flavonoid dapat bekerja sebagai inhibitor kuat pernafasan.Flavonoid menghambat fosfodiesterase, aldoreduktase, protein kinase, balik transcriptase, DNA polymerase dan lipooksigenase.Flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang baik, mereka menghambat banyak reaksi oksidasi, baik secara enzim maupun non enzim.
Kandungan kimia padadaun cengkeh yaitu Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolik sekunder yang paling banyak ditemukan di dalam jaringan tanaman. Flavonoid termasuk dalam golongan senyawa fenolik dengan struktur kimia C6-C3-C6. Berbagai jeni senyawa, kandungan dan aktivitas antioksidatif flavonoid sebagai salah satu kelompok antioksidan alami yang terdapat pada sereal, sayur-sayuran dan buah, telah banyak dipublikasikan. Flavonoid berperan sebagai antioksidan dengan cara mendonasikan atom hidrogennya atau melalui kemampuannya mengkelat logam, berada dalam bentuk glukosida (mengandung rantai samping glukosa) atau dalam bentuk bebas yang disebut aglikon flavonoid merupakan senyawa yang larut dalam air. Senyawa yang merupakan golongan terbesar dari fenol ini dapat diekstraksi dengan etanol 70%.Apabila fenol yang berasal dari tumbuhan ini dilarutkan dengan etanol, maka oksidasi enzim dapat dicegah sehingga mencegah kerja enzim fenolase yang dapat merusak struktur fenol.Efek flavonoid terhadap macam-macam organisme sangat banyak dan dapat menjelaskan mengapa tumbuhan yang mengandung flavonoid dipakai dalam pengobatan tradisional.Flavonoid dapat bekerja sebagai inhibitor kuat pernafasan.Flavonoid menghambat fosfodiesterase, aldoreduktase, protein kinase, balik transcriptase, DNA polymerase dan lipooksigenase.Flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang baik, mereka menghambat banyak reaksi oksidasi, baik secara enzim maupun non enzim.
Flavonoid
mampu menstimulasi 16% peningkatan pengeluaran insulin dari sel β pankreas.
Aksi tersebut terjadi melalui pengaturan peroxisome proliferators activated
receptors (PPAR α dan PPAR γ). Aksi flavonoid yang bermanfaat pada kondisi hiperglikemia adalah kemampuannya
untuk menstimulasi pengambilan glukosa pada jaringan perifer, mengatur
aktivitas dan ekspresi enzim yang terlibat dalam jalur metabolisme karbohidrat
dan bertindak menyerupai insulin (insulinomimetic), dengan mempengaruhi insulin
signaling.
2.5 Tumbuhan Pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb)
Klasifikasi dan Morfologi Daun Pandan Wangi –
Daun pandan adalah salah satu tanaman yang termasuk kedalam tumbuhan monokotil
yang dalam satu genus padanus.Tanaman daun pandan ini berasal dari
tropika yang menyebar luas keberbagai daerah seperti Afrika Timur, Asia
Tenggara, Australia hingga kepulauan pasifik. Tanaman
daun pandan ini pada umumnya memiliki daun memanjang, dengan bagian tepi
bergerigi, perakaran tunjang dan menopang, buah pandan tersusun dalam satu
karangan yang berbentuk bulat. Berdasarkan pakar botani tanaman daun pandan
wangi ini dapat diklasifikasi dan morfologi sebagai berikut :
2.5.1 Klasifikasi
Tanaman (Pandanus amaryllifolius Roxb)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Trachebionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub kelas : Arecidae
Ordo : Pandales
Famili : Pandanaceae
Genus : Pandanus
Spesies : Pandanus
amaryllifolius Roxb.
2.5.2 Morfologi Tanaman (Pandanus amaryllifolius Roxb)
Akar
tanaman ini berserabut, akar tunjang yang menopang pada tanaman lainnya,
perakaran ini memiliki panjang mencapai 30-60 cm bahkan lebih, berwarna
kecokalatan dan juga dapat mencapai kedalaman tanah 30 cm. Batang tanaman daun pandan ini menjalar, berbentuk bulat,
lunak, bercabang dan juga dapat mencapai 2 meter bahkan lebih.Batang daun
pandan ini juga di kenal sebagai batang perdu atau tanaman perdu yang dapat
meneduhkan sekitar tanaman daun pandan tersebut. Daun
pandan ini memanjang, yang berbentuk hampir menyerupai daun palem atau rumput,
yang memiliki bagian tepi bergerigi, pangkal ujung merucing, dengan pertulangan
yang menonjol memanjang. Daun pandan ini juga tersusun dalam beberapa garis
spiral yang mencapai 3-4 garis, pada umumnya daun pandan ini berwarna kehijauan
muda hingga tua. Bunga daun
pandan ini merupakan bunga yang majemuk, bebentuk dalam tandan atau tongkol
yang berwarna putih.Bunga ini terletak pada ketiak daun pelindung dan juga
terletak di sekitar ujung bagian batang.Bunga ini biasanya dapat menyerbuk
dengan alami maupun dengan bantuan hewan sekitar. Buah daun panda
berbentuk bulat, dengan permukaan bergerigi dan memiliki duri halus, pada
umumnya buah ini memiliki ukuran yang sangat bervariasi mulai 4 – 7 cm
bahkan lebih. Buah ini berwarna kehijuan dengan corak yang kemerahan sedikit
yang memiliki biji dalam setiap buahnya. Biji dalam buah ini dapat berkisar
antara 10-20 bahkan lebih, dengan bentuk bulat, pipih, dan juga berdaging
halus serta berwarna abu – abu atau kecoklatan.
2.6 Tinjauan Umum Sirih
Merah (Piper crocatum Ruiz
& Pav)
2.6.1 Klasifikasi Sirih
Merah (Piper crocatum Ruiz
& Pav)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies :
Piper crocatum Ruiz
& Pav
2.6.2 Morfologi Sirih
merah (Piper
crocatum Ruiz & Pav)
Tanaman
sirih merah ditemukan di bagian Timur pantai Afrika. Sirih merah merupakan
tanaman yang menjalar dan merambat pada batang pokok di sekelilingnya dengan
daunnya yang pipih seperti gambar hati. Tangkainya agak memanjang, tepi daunnya
rata, ujung daun meruncing, pangkal daun berlekuk, tulang daun menyirip, dan
daging daunnya tipis. Permukaan daunnya hijau kemerahan, tidak mempunyai bunga
dan batangnya bulat. Sirih merah mempunyai
permukaan kulit yang kasar serta
berkerut. Sirihpun hidup subur dengan
ditanam diatas tanah gembur yang tidak terlalu lembab. Sirih merah merupakan tumbuhan yang memanjat dengan
menggunakan akar-akar pelekar. Panjang batangnya mencapai 5-15 m. berdaun
tunggal dan betangkai. Tanaman ini tidak menyukai panas, dan air yang
berlebihan. Sirih merah berkembang biak secara vegetatif dengan stek,cangkok,
dan perundukan. Memiliki sulur yang
panjangnya 20-30 cm. Sirih merah ini memiliki daun yang panjangnya 15-20
cm. Tanaman ini mampu beradaptasi dengan
lingkungan.
lingkungan.
2.6.3 Kandungan kimia Daun
Sirih Merah (Piper
crocatum Ruiz & Pav)
Daun
sirih merah mengandung senyawa fitokimia
yaitu alkaloid, saponin, tanin dan flavonoid. Senyawa-senyawa flavonoid adalah
senyawa-senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom karbon, terdiri dari dua
cincin benzena yang dihubungkan menjadi satu rantai linier yang terdiri dari
tiga atom karbon. Senyawa falvonoid sebenarnya terdapat disemua bagian tumbuhan
termasuk daun, akar, kayu, kulit, bunga, buah, dan biji. Kebanyak flavonoid ini
berada di dalam tumbuh-tumbuhan, kecuali alga. Flavonoid ini berfungsi sebagai
menurunkan kadar glukosa darah, antioksidan, antikanker, antiseptik, dan
antiinflamasi. Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol dan telah
terdeteksi dalam lebih dari 90 suku tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif
permukaan dan bersifat sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya
membentuk busa dan menghemolisis sel darah merah. Saponin pada sirih merah
berfungsi sebagai antimikroba (bakteri dan virus). Tanin merupakan salah satu
senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman dan disintesis oleh
tanaman. Tanin tergolong senyawa polifenol dengan karakteristiknya yang dapat
membentuk senyawa kompleks dengan makromolekul lainnya. Tanin dibagi menjadi
dua kelompok yaitu tanin yang mudah terhidrolisis dan tanin terkondensasi.
Tanin yang mudah terhidrolisis merupakan polimer gallic atau ellagic acd yang
berikatan ester dengan sebuah molekul gula, sedangkan tanin terkondensasi
merupakan polimer senyawa flavonoid dengan karbon-karbon. Tanin berfungsi
sebagai antimikroba (bakteri dan virus). Minyak atsiri adalah cairan jernih
berbau seperti tanaman asalnya. Biasanya terdapat dalam kelenjar minyak,
pembuluh-pembuluh sekresi atau rambut kelenjar aromatis, minyak atsiri
berfungsi menolak kehadiran binatang. Kebanyak minyak atsiri bersifat antibakteri
dan antijamur yang kuat. Minyak atsiri berperan sebagai antibakteri dengan cara
menganggu proses terbentuknya membran atau dinding sel sehingga tidak terbentuk
sempurna. Daun sirih mengandung karvakrol bersifat desinfektan, anti jamur,
sehingga bisa digunakan untuk obat antiseptik pada bau mulut dan keputihan.
Alkaloid adalah bahan organik yang mengandung nitrogen sebagai bagian dari
sistim heterosiklik. Fungsi dari alkaloid yakni menurunkan kadar glukosa darah,
antioksidan, antikanker, antiseptik, dan antiinflamasi. Eungenol berfungsi
sebagai pereda nyeri atau analgesik, dan karvakol berfungsi sebagai desinfektan
dan antijamur.
2.7 Tumbuhan Lidah
Mertua (Sanseviera laurentii [N. E. Br] De Wild)
2.7.1 Klasifikasi Lidah
Mertua (Sanseviera laurentii [N. E. Br] De Wild)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub
divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Liliales
Famili : Piperaceae
Marga : Sansevieria
Spesies :
Sanseviera
laurentii [N. E. Br] De Wild)
2.7.2 Morfologi Daun Lidah
Mertua (Sanseviera laurentii [N. E.
Br] De Wild)
Akar
lidah mertua berbentuk serabut berwarna putih ini tumbuh dari bagian pangkal
daun dan menyebar ke segala arah di dalam tanah. Selain terdapat akar juga terdapat organ yang menyerupai batang
yang dikenal sebagai rimpang atau rhizoma yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan
sari-sari makanan hasil fotosintesis. Rimpang menjalar dibawa dan kadang-kadang
di atas permukaan tanah. Ujung organ ini merupakan jaringan meristem yang selalu
tumbuh memenajang Lidah
mertua merupakan tanaman herba yang tidak bertangkai. Karena sosok tanamannya
berbentuk pedang panjang yang tegak dengan ujungnya lancip dan bergelombang.
Tinggi lidah mertua 0,4 m- 1,8 m. Panjang 85cm. Daunnya berdaging tebal tetapi
mudah patah karena liat. Tanaman ini mudah di kembangbiakan dengan stek daun
dan memisahkan batang
Bunga
lidah mertua termasuk bunga berumah kedua. Putik dan serbuk sari tidak berada
dalam satu kuntum bunga. Bunga ini mengeluarkan aroma wangi, terutama pada
malam hari. Biji lidah mertua berkeping tunggal seperti tumbuhan monokotil
lainnya. Bagian paling luar dari biji berupa kulit tebal yang berfungsi sebagai
lapisan pelindung. Di sebelah dalam kulit terdapat embrio yang merupakan bakal
calon tanaman.
2.7.3 Kandungan Kimia
Lidah Mertua (Sanseviera laurentii [N. E. Br] De Wild)
Tanaman
lidah mertua (Sanseviera laurentii
[N. E. Br] De Wild) digunakan
sebagai tanaman hias. Dapat menyerap polusi seperti asap rokok, asap kendaraan
bermotor, dan zat-zat berbahaya lainnya yang ada di udara. Di negara aslanya
Afrika, tanaman ini diambil seratnya untuk dibuat tali. Di Jepang , serat lidah
mertua dibuat untuk dijadikan kain. Masyarakat menggunakan tumbuhan ini sebagai
penyubur rambut, pengatur gula darah penderita diabetes, sifilis, pengobat flu,
TBC, dan penyakit kulit.
Buah lidah mertua memiliki rasa yang pahit,
manis, serta bersifat sejuk sedikit astringen. Lidah mertua memiliki rasa pedas
dan bersifat netral. Akarnya rasa tawar dan bersifat netral. Senyawa kimia pada
buah lidah mertua yaitu vitamin C, tanin, glucogallin, galc acid, corilagin.
Biji lidah mertua mengandung linolenic
acid, linoleic acid, dan olec stearic acid. Daun lidah mertua mengandung saponin,
kardenolin, dan polifenol. Saponin adalah jenis glikosida yang
banyak ditemukan dalam tumbuhan. Saponin memiliki karakteristik berupa buih.
Sehingga ketika direaksikan dengan air dan dikocok maka akan terbentuk buih
yang dapat bertahan lama. Saponin mudah
larut dalam air dan tidak tarut dalam eter. Saponin memiliki rasa pahit menusuk
dan menyebabkan bersin serta iritasi pada selaput lendir. Saponin merupakan
racun yang dapat menghancurkan butir darah atau hemolisis pada darah. Saponin
bersifat racun bagi hewan berdarah
dingin dan banyak diantaranya digunakan sebagai racun ikan. Saponin yang
bersifat keras atau racun biasa disebut sebagai sapotoksin
Senyawa
polifenol, Fenol merupakan senyawa dengan gugus – OH yang terikat langsung pada
cincin aromatik. Senyawa fenol banyak terdapat di alam dan merupakan
intermediet bagi industri untuk berbagai macam produk seperti adhesif dan
antiseptik. Fenol dapat dipakai sebagai disinfektan. Polifenol memiliki
spektrum luas dengan sifat kelarutan pada suatu pelarut yang berheda-beda. Hal
ini disebabkan oleh gugus hidroksil padasenyawa tersebut yang memiliki jumlah
berbeda dan posisi berbeda. Dengan demikian, ekstraksi menggunakan berbagai
pelarut akan menghasilkan komponen polifenol yang berbeda. Sifat antibakteri
yang dimiliki oleh setiap senyawa yang diperoleh dari ekstraksi tersebut juga
berbeda.
2.8 Tanaman Jambu biji (Psidium guajava L.)
2.8.1 Klasifikasi Tanaman (Psidium guajava
L.)
Kerajaan :
Plantae
Divisi :
Spermatophyta
Sub divisi :
Angiospermae
Kelas :
Dicotyledoneae
Bangsa :
Myrtales
Suku
: Myrtaceae
Marga :
Psidium
Jenis :
Psidium guajava L.
2.8.2 Morfologi Tanaman (Psidium guajava
L.)
Jambu biji (Psidium guajava L.) tersebar meluas
sampai ke Asia Tenggara termasuk Indonesia, sampai Asia Selatan, India dan Srilangka.
Tumbuh pada tanah yang gembur maupun liat, pada tempat terbuka, dan mengandung
air yang cukup banyak. Pohon jambu biji banyak ditanam sebagai pohon
buah-buahan. Namun sering tumbuh liar dan dapat ditemukan pada ketinggian 1 m
sampai 1.200 m dari permukaan laut. Jambu biji berbunga sepanjang tahun.Jambu
biji termasuk tanaman perdu dan memiliki banyak cabang dan ranting, batang
pohonnya keras. Permukaan kulit luar pohon jambu biji berwarna coklat dan
licin. Apabila kulit kayu jambu biji
tersebut dikelupas, akan terlihat permukaan batang
kayunya basah. Bentuk daun umumnya bercorak bulat telur dengan ukuran yang agak
besar. Bunganya kecil-kecil berwarna putih dan muncul dari balik ketiak daun.
Pada umur 2-3 tahun jambu biji sudah mulai berubah. Bijinya banyak dan terdapat
pada daging buahnya. Buah jambu biji yang banyak digemari oleh masyarakat
adalah yang mempunyai sifat unggul antara lain berdaging lunak dan tebal,
rasanya manis, tidak mempunyai biji, dan buahnya berukuran besar. Terdapat
beberapa jenis jambu biji yang diunggulkan yaitu jambu pasar minggu, jambu
bangkok, jambu palembang, jambu sukun, jambu apel, jambu sari, jambu merah, dan
jambu merah getas
2.8.3 Kandungan Kimia Daun Jambu Biji (Psidium
guajava L.)
Daun
jambu biji (Psidium guajava L.) mengandung tanin, minyak atsiri
(eugenol), minyak lemak, damar, zat samak, triterpenoid, asam melat dan asam
apel. Bersifat netral, berasa manis, berkhasiat astringen (pengelat),
antidiare, antiradang, penghentian pendarahan dan peruruh haid. (Kris, 2009)
Sedangkan pada bunganya tidak bayak mengandung tanin. Buahnya mengandung asam
amino, pektin, kalsium, fosfor, besi, mangan, magnesium, belerang dan vitamin
(vitamin A, B1 dan C). Vitamin C pada jambu biji (Psidium guajava L.)
berkonsentrasi pada kulit dan danging bagian luarnya yang lunak dan tebal. Buah
jambu biji (Psidium guajava L.) juga mengandung tanin, yang menimbulkan
rasa sepat pada buah juga berfungsi melancarkan sistem pencernaan, sirkulasi
darah, dan berfungsi untuk menyerang virus. Buahnya juga mengandung kalium yang
berfungsi untuk meningkatkan keteraturan denyut jantung, mengaktifitaskan
kontraksi otot, mengatur pengirimian zat-zat gizi lain ke sel-sel tubuh,
mengendalikan keseimbangan cairan pada jaringan dan sel tubuh serta menurunkan kadar
kolesterol serta tekanan darah tinggi
2.9 Tumbuhan salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp)
2.9 1 Klasifikasi salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp)
Kingkom : Plantae
Super devisi : Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledonede
Ordo
: Myrtales
Famlily : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Spesies : Syzygium polyanthum (Wight)
Walp
2.9.2 Morfologi Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp)
Salam
menyebar di Asia Tenggara, mulai dari Burma, Indocina, Thailand, Semenanjung
Malaya, Sumatra, Kalimantan dan Jawa. Pohon ini ditemukan tumbuh liar di
hutan-hutan primer dan sekunder, mulai dari tepi pantai hingga ketinggian 1.000
m (di Jawa), 1.200 m (di Sabah) dan 1.300 mdpl (di Thailand), kebanyakan
merupakan pohon penyusun tajuk bawah.Disamping itu salam ditanam di kebun-kebun
pekarangan dan lahan-lahan wanatani yang lain, terutama untuk diambil daunnya.
Daun salam liar hampir tak pernah dipergunakan dalam masakan, selain karena
baunya sedikit berbeda dan kurang harum, salam liar juga menimbulkan rasa agak
pahit. Tinggi tumbuhan salam (Syzygiumpolyanthum (Wight) Walp) dapat
mencapai 25 m. Batangnya berbentuk bulat, permukaan licin dan warna putih
kecoklatan. Diameter batang dapat mencapai 1,3 m. Akar tunggang dengan warna
coklat muda. Daunya majemuk, meyirip genap dan lebat bentuknya bulat lonjong.
Permukaannya licin, tepi rata, ujung dan pangkal daun meruncing. Panjang daun
10-14 cm, lebar 4-8 cm. Panjang tangkai sekitar 1cm. Pertulangan daun meyirip,
permukaan atas daun hijau tua dan permukaan bawah hijau muda. Bunga kecil dan
berbau wangi. Buah buni dan bulat, saat buah masih muda berwarna hijau setelah
tua berwarna merah atau coklat kehitaman. Biji bulat dengan diameter 1 cm yang
berwarna coklat.
2.9.3 Kandungan Kimia Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp)
Daun salam
(Syzygium polyanthum (Wight) Walp) memiliki kandungan kimia seperti minyak
atsiri (0,05%) yang mengandung sitral, eugenol, tannin, dan flavonoida.Ekstrak
etanol dari daun salam berfungsi sebagai zat anti jamur dan antibakteri,
sedangkan ekstrak metanolnya berkhasiat sebagai zat anti cacing. Tanin sering
ditemukan di tumbuhan yang terletak terpisah dari protein dan enzim sitoplasma,
tetapi bila jaringan rusak maka reaksi penyamakan dapat terjadi. Tanin
merupakan senyawa inti berupa glukosa yang dikelilingi oleh lima gugus ester
galoil atau lebih dengan inti molekulnya berupa senyawa dimer asam galat, yaitu
asam heksahidroksidifenat yang berikatan dengan glukosa. Tanin merupakan
senyawa fenol berfungsi untuk menghambat pertumbuhan bakteri dengan memunculkan
denaturasi protein dan menurunkan tegangan permukaan, sehingga permeabilitas
bakteri meningkat serta menurunkan konsentrasi ion kalsium, menghambat produksi
enzim dan menganggu proses reaksi enzimatis sehingga menghambat terjadinya
koagulasi plasma yang diperlukan oleh bakteri dengan adanya kerusakan dan
peningkatan permeabilitas sel bakteri menyebabkan pertumbuhan sel terhambat dan
akhirnya dapat menyebabkan kematian sel. Tanin merupakan senyawa aktif yang
memiliki aktifitas antibakteri. Mekanisme kerja dari senyawa ini adalah
menghambat aktivitas beberapa enzim untuk menghambat rantai ligan di beberapa
reseptor. Mekanisme kerja tanin sebagai antimikroba berhubungan dengan
kemampuan tanin dalam menginativasi adhesin sel mikroba (molekul yang menempel
pada sel inang) yang terdapat pada permukaan sel. Tanin, dalam konsentrasi
rendah mampu menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan pada konsentrasi tinggi,
tanin bekerja sebagai antimikroba dengancara mengkoagulasi atau menggumpalkan
protoplasma kuman, sehingga terbentuk ikatan yang stabil dengan protein kuman
dan pada saluran pencernaan, tanin juga diketahui mampu mengugurkan toksin.
Flavonoid tersebar dalam fotosintesi sel dan tersebar luas di semua tanaman.
Senyawa ini dapat ditemukan di buah-buahan, sayuran, kacangkacangan,
biji-bijian, batang dan bunga. Flavonoid adalah istilah genetik yang digunakan
untuk aromatik senyawa oksigen heterosiklik yang berasal dari 2-phinil-benzo(α) pirin
atau inti flavon yang terdiri dari dua cincin
benzene (A dan B) dihubungkan melalui cincin pirin heterosiklik (C). flavonoid
telah diteliti bahwa flavonoid mempunyai aktivitas biologis dan farmakologis, antara
lain sebagai antibakteri karena flavonoid mempunyai gugus hidroksil, anti
inflamasi, inhibisi enzim, aktivitas alergi, aktivitas antitumor sitotoksik.Flavonoid
mempunyai aktivitas antibakteri karena flavonoid mempunyai kemampuan
berinteraksi dengan DNA bakteri dan menghambat fungsi membran sitoplasma
bakteri dengan mengurangi fluiditas dari membran dalam dan membran luar sel
bakteri. Akhirnya terjadi kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri membran
dan membran tidak berfungsi sebagaimana mestinya, termasuk untuk melakukan
perlekatan dengan substrat. Hasil interaksi tersebut menyebabkan terjadinya
kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom dan lisosom. Ion
hidroksil secara kimia menyebabkan perubahan komponen organik dan transport
nutrisi sehingga menimbulkan efek toksik terhadap sel bakteri Mekanisme
flavonoid dalam menghambat terjadinya inflamasi yaitu pada konsentrasi tinggi
dapat menghambat pelepasan asam arakidonat dan sekresi enzim lisosom dari
membran dengan memblok jalur siklooksigenase, jalur lipoksigenase, dan
fosfolipase A2, sementara konsentrasi rendah hanya memblok jalur lipoksigenase.
Asam arakidonat dari sel inflamasi yang terhambat akan menyebabkan kurang
tersedianya substrat arakidonat bagi jalur sirklooksigenase dan lipoksigenase,
yang akhirnya menekan jumlah prostaglandin, prostasiklin, endoperoksida,
tromboksan saru sisi dan asam.
2.10 Tanaman
Sawo (Manilkara zapota L.)
2.10. 1 Klasifikasi sawo (Manilkara zapota L.)
Divisi :
Spermatophyta
Sub divisi :
Angiospermae
Kelas :
Dicotyledonae
Bangsa : Ebenales
Suku : Sapotaceae
Marga :Achras
Jenis : Manilkara zapotaL
2.10. 2 Morfologi sawo (Manilkara zapota L.)
Sawo (Manilkara
zapota L.) diperkirakan berasal dari Amerikatropisseperti Guatemala,
Meksiko, dan Hindia Barat- dan di Jawa, tumbuhan ini bisa didapati di dataran
rendah. Para penjajah bangsa Spanyol membawanya dari Meksiko ke Filipina, dan
kemungkinan dari sana menyebar ke Asia Tenggara. Kini sawo telah ditanam di
banyak daerah tropis di dunia. Koleksi plasma nutfah sawo manila terdapat di
Los Banos (Filipina), Queensland (Australia), India, Kuba, Brasil, Kosta Rika,
Florida dan Hawaii (Amerika Serikat) dan beberapa negara lain Pohon sawo (Manilkara
zapota L.) besar dan rindang, dapat tumbuh hingga setinggi 30-40m.
Bercabang rendah, batang sawo berkulit kasar abuabu kehitaman sampai coklat
tua. Seluruh bagiannya mengandung lateks, getah berwarna putih susu yang
kental.Daun tunggal, terletak berseling, sering mengumpul pada ujung ranting.
Helai daun bertepi rata, sedikit berbulu, hijau tua mengkilap, bentuk
bundar-telur jorong sampai agak lanset,pangkal dan ujungnya bentuk baji, bertangkai,
tulang daun utama menonjol di sisi sebelah bawah.Bunga-bunga tunggal terletak
di ketiak daun dekat ujung ranting, bertangkai, kerapkali menggantung, sisi
luarnya berbulu kecoklatan, berbilangan 6. Kelopak biasanya tersusun dalam dua
lingkaran; mahkota bentuk genta, putih, berbagi sampai setengah panjang tabung.
Buah bertangkai pendek, bulat, bulat telur atau jorong, coklat kemerahan sampai
kekuningan di luarnya dengan sisik-sisik kasar coklat yang mudah mengelupas,
sering dengan sisa tangkai putik yang mengering di ujungnya. Berkulit tipis,
dengan daging buah yang lembut dan kadang-kadang memasir, coklat kemerahan
sampai kekuningan, manis dan mengandung banyak sari buah. Berbiji sampai 12
butir, namun kebanyakan kurang dari 6, lonjong pipih, hitam atau kecoklatan
mengkilap, keping biji berwarna putih lilin. Tumbuhan ini dapat diperbanyak
dengan biji ataupun cangkok
2.10.3 Kandungan sawo (Manilkara zapota L.)
Tumbuhan
sawo (Manilkara zapota L.) mengandung saponin, flavonoid dan polifenol.
Flavonoid ialah senyawa kimia yang memiliki aktivitas antibakteri dan
antivirus, sehingga tumbuhan yang mengandung flavonoid diasumsikan mempunyai
daya antibakteri.
2.11
Tanaman Seledri (Apium graveolens L)
Seledri
merupakan salah satu tumbuhan dikotil atau biji berkeping dua. Seledri yang
memiliki nama latin Apium graveolens L ini berbentuk seperti rumput atau
semak dan termasuk tanaman setahun atau dua tahun. Tanaman seledri hanya
tersusun dari akar, batang, daun, bunga, buah, dia juga tidak memiliki cabang
seperti tanaman lainnya. Seledri ini termasuk salah satu tanaman unik yang
memiliki warna hamper keseluruhan berwarna hijau dan rasa beda dari yang
lainnya.
2.11.1 Klasifikasi Seledri (Apium
graveolens L)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Apium
Spesies : Apium graveolens L
2.11.2
Morfologi Seledri (Apium graveolens L)
Akar yang dimiliki oleh
seledri adalah akar tanggung dengan serabut sedalam 30 cm da bawah permukaan
tanah dan menyebar ke samping dengan radius sekitar 5 – 9 cm dari pangkal
batang seledri yang berwarna putih kotor. Bentuk batang seledri bisa dibilang unik,
karean bentuknya berupa persegi tapi tidak memiliki kayu, beruas – ruas,
bercabang banyak dan juga tidak berambut. Bentuk daun seledri ini menyirip
ganjil, tepinya beringgit, setiap helai daun yang dimilikinya tipis, rapat
denagn pangkal, dan ujungnya runcing. Memiliki anak daun sebanyak 3 – 7 helai,
panjangnya sekitar 2-7,5 cm dan lebar 2.5 cm. setiap daun memiliki tangkai
sepanjang 1-2.7 cm, smeua berwarna hijau. Seledri memiliki bunga yang berbentuk
paying dnegan jumlah 8 – 12 buah kecil dipucuk tnaman tua. Bunga majemuk
berwarna putih tersebut tumbuh pada ketiak yang menbghasilkan 3 – 8 bunga per
tangkai dan memebentuk bulatan pada ujungnya. Bunga akan menjadi buah setelah
dibuahi. Seledri memiliki buah yang berwarna hijau ketika masih muda dan berwarna
coklat tua ketika sudah tua dan bentuk bunga tersebut adalah bulat kecil.
Seledri merupakan salah satu sayuran subtropics yang bisa hidup di tempat
dingin denagn temperature 9 – 20 derajat celcius untuk menghasilkan kecambah.
Sedangkan pada temperature 10 – 24 derajat celcius untuk mengahsilkan produksi
yang tinggi.seledri sangat cocok di tanam pada ketinggian antar 0 – 1200 m dbl
dan udaranya mengandung tingkat kelembaban sekitar 80 – 90 persen serta sinar
matahari yang cukup. Seledri juga sangat sensitive dengan air hujan, jadi
sebaiknya di tanam pada akhir musim hujan
2.11.3
Kandungan Kimia Daun Seledri (Apium graveolens L)
Seledri
(Apium graveolens L.) mengandung gizi cukup tinggi dan lengkap
yaitu: protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A,
vitamin B1, vitamin C dan air. Selain kandungan gizinya cukup tinggi, seledri (Apium graveolens L.) juga mengandung zat glukosida, apiol,
flafonoid, dan apiin. Zat-zat tersebut bermanfaat sebagai obat peluruh
keringat, demam, darah tinggi, rematik dan sukar tidur .
2.12
Tanaman Bayam (Amaranthus spp)
Bayam
adalah tanaman sayur-sayuran dengan nama ilmiah Amaranthus spp. Kata
"amaranth" dalam bahasa Yunani berarti "everlasting"
(abadi). Tumbuhan ini dikenal sebagai sayuran sumber zat besi yang penting.
Tanaman bayam berasal dari daerah Amerika tropik. Tanaman bayam semula dikenal
sebagai tumbuhan hias. Bayam dapat tumbuh sepanajng tahun, dimana saja, baik
didataran rendah maupun didataran tinggi. Pertumbuhan paling baik pada tanah
subur dan banyak sinar matahari. Suhu yang baik 25-36 c dan pH tanah antara
6-7. waktu tanam terbaik pada awal musim kemarau. Tanaman bayam dikenalkan
sebagai bahan pangan sumber protein, terutama untuk negara-negara berkembang.
Diduga tanaman bayam masuk ke Indonesia pada abad XIX ketika lalu lintas
perdagangan orang luar negeri masuk ke wilayah Indonesia.
2.12.1
Klasifikasi Tanaman Bayam (Amaranthus spp)
Kerajaan : Plantae
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Caryophyllales
Famili : Amaranthaceae
Upafamili
: Amaranthoideae
Genus : Amaranthus
2.12.2 Morfologi Tumbuhan Bayam (Amaranthus spp)
Akar
tanaman bayam memiliki sistem perakaran tunggal. Batang tanaman bayam
berbentuk bulat, berair, lunak serta kurang berkayu. Warna batang bayam
tergantung dari jenis bayam tersebut bayam hijau memiliki batang berwarna
hijau, begitu juga bayam merah juga memiliki batang berwarna merah.
Daun
bayam termasuk daun tunggal bertangkai. Warna daun mengikuti jenis bayam.
Bentuk daun bundar telur memanjang. Panjang daun 1,5 cm sampai 6,0m cm. Lebar
daun 0,5 cm hingga 3,2 cm. Tangkai daun berbentuk bulat, dengan bentuk
permukaan opacus. Panjang tangkai daun 0,5 cm sampai 9,0 cm.
Bunga
bayam merupakan bunga berkelamin tunggal, tersusun majemuk tipe tukal yang
rapat, berwarna hijau. Memiliki 5 mahkota dengan panjang 1,5 sampai 2,5 mm.
Bunga jantan memiliki bentuk bulir, untuk bunga betina berbentuk bulat yang
terdapat pada ketiak batang. Buah bayam
berbentuk lonjong berwarna hijau dengan panjang 1,5 mm. Biji bayam berwarna
hitam mengkilat dengan panjang antara 0,8 sampai 1 mm
2.12.3
Kandungan Kimia Daun Bayam (Amaranthus spp)
Bayam
banyak mengandung protein, lemak, karbohidrat, kalium, zat besi, amarantin,
rutin, purin dan vitamin (A,B dan C).
2.13 Tanaman Kangkung
( Ipomoea
reptans Poir )
Tanaman kangkung ( Ipomoea reptans Poir ) Merupakan salah
satu tanaman yang tidak asing bagi kita. Tanaman kangkung ini sangat
mudah di jumpai dan di budidayakan baik di daratan maupun di perairan. Tanaman
kangkung berasal dari india yang menyebarluas keberbagai benua terutamanya benua
Asia yaitu indonesia dan lainnya.
2.13.1 Klasifikasi Tanaman Kangkung ( Ipomoea
reptans Poir )
Kindom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisio :Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliapsida
Sub kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Convovulceae
Genus : Ipomea
Spesies : Ipome reptan Poir
2.13.2 Morfologi Tanaman Kangkung ( Ipomoea
reptans Poir )
Kangkung
merupakan tanaman yang sangat tergolong lama tumbuh, tanaman ini memiliki akar
tunggang dan bercabang-cabang. Perakaran ini menembus dengan kedalam 60 – 100
cm, dan menyebar luas secara mendatar 150 cm hingga lebih, terutamanya tanaman
kangkung pada air. Batang pada tanaman kangkung bult dan berlubang,
berbuku-buku, dan banyak mengandung air. Terkadang buku-buku tersebut
mengeluarkan akar tanaman yang serabut dan juga berwarna putih dan ada juga
berwrana kecoklatan tua.
Kangkung
juga memiliki tangkai dauan melekat pada buku-buku batang dan di keiak batang
terdapat mata tunas yang dapat tumbuh cabang baru. Bentuk dauan memiliki ujung
runcing dan juga tumpul, permukaan dauan berwarna hijau tua , dan juga berwarna
hijau muda. Bunga pada tanaman kangkung memiliki bentuk terompet dan memiliki
dauan mahkota yang berwara putih atau kemerahan. Dan jika menghasilkan buah
berbentuk bulat atau oval yang di dalamnya memiliki tiga butit biji. Warna biji
tanaman kangkung berwran hitam jika sudah tua dan hijau ketika mudah.
2.13.3 Kandungan Kimia Daun
Kangkung (
Ipomoea reptans Poir )
Kandungan
vitamin A pada kangkung sangat
tinggi, mencapai 6.300 IU. Bersifat antioksidan sehingga dapat menangkal
radikal bebas penyebab kanker dan penuaan dini. Selain itu, kangkung
juga tinggi kadar seratnya dan mengandung fosfor, zat besi hentriakontan, dan
sitosterol. Berkat kandungan yang dimiliki, kangkung berpotensi juga sebagai
antiracun, antiradang, penenang (sedatif) dan diuretik.
2.14
Tanaman Rambutan (Nephelium lappaceum)
Rambutan
merupakan tanaman tropis dengan temperatur rata-rata 25 derajat celcius. Pada puncak
masa pertumbuhan, pohon rambutan dapat mencapai ketinggian maksimal 25 meter.
Batang berbentuk bulat tidak beratur dan berwarna kecoklatan. Pengklafisian
tanaman rambutan sangat penting mengingat banyaknya variasi tanaman rambutan
sekarang ini.
2.14.1
Klasifikasi Tanaman Rambutan (Nephelium lappaceum)
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Familia : Sapindaceae
Genus : Nephelium
Spesies : Nephelium
lappaceum
2.14.2 Morfologi Tanaman Rambutan (Nephelium lappaceum)
Akar
tanaman rambutan berwarna coklat, mempunyai serabut akar yang berfungsi
menyerap air dan mineral. Terdapat
tudung akar yang berguna melindungi akar dari kerusakan saat menembus tanah. Kulit pada batang kayu
berwarna coklat dan keras. Umumnya berukuran besar dan berumur panjang. Daun rambutan berbentuk
majemuk dengan berselang-seling. Daun berbentuk lonjing dengan panjang 7-20 cm
dan lebar 3-8 cm. Bunga
pada tanaman rambutan berdiameter 5 mm, dan dalam satu pohon berisi sepasang
bunga jantan dan bunga betina. Juga terdapat kelopak bunga yang berfungsi
melindungi bunga. Buah
rambutan berbentuk bulat dengan sedikit lonjong sekitar 4-5 cm. buah berwarna
hijau ketika muda dan memerah ketika sudah tua. Daging
buah berwarna putih mempunyai ketebalan sekitar 1 cm. Daging mempunyai rasa
manis dan kadang terdapat rasa asam. Biji
buah diselimuti lapisan buah yang disebut daging buah. Pada beberapa jenis
rambutan, biji juga diselimui semacam kayu tipis.
2.14.3 Kandungan Kimia Daun Rambutan (Nephelium lappaceum)
Rambutan
merupakan tanaman asli Indonesia yang berpotensi sebagai antibakteri alami. Menurut Setiawan (2003),
buah rambutan mengandung karbohidrat, protein, lemak, fosfor, besi, kalsium dan
vitamin C. Kulit buah mengandung tanin
dan saponin. Biji mengandung lemak dan polifenol. Daun mengandung tanin dan saponin. Kulit batang
mengandung tanin, saponin, flavonida,
pectic substance dan zat besi Senyawa senyawa tanin, saponin, dan
flavonoid termasuk senyawa golongan fenol yang merupakan zat antibakteri yang
kuat.
2.15. Tanaman Alpukat (Persea americana)
Alpukat
adalah salah satu tanaman buah meja yang memiliki nama yang sama, alpukat. Tumbuhan yang
menurut sejarahnya berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah ini kini sedang
banyak dibudidayakan, bahkan orang-orang di seluruh dunia berlomba-lomba untuk
mengembangkan tanaman buah ini. Buahnya yang legit dan banyak mengandung asam
folat sangat baik bagi ibu hamil yang meanaman buah tropis ini di Indonesia
sudah ditemukan sejak tahun 1877, keberadaannya di Indonesia dibawa oleh
Belanda dan ditanam untuk pertama kalinya di Kebun Raya Bogor. Nama latin
alpukat adalah Persea americana. Nama alpukat sendiri dalam bahasa Inggris disebut
avocado, nama tanaman ini sebenarnya berasal dari bahasa Aztek, ahuacatl yang
berarti pahit. Suku Aztek yang hidup di kawasan Amerika Tengah dan Meksiko tidak
begitu menyukai buah alpukat.
2.15.1 Klasifikasi Tanaman
Alpukat (Persea americana)
Kerajaan : Plantae
Kelas : Magnolipilihanda
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Laurales
Famili : Lauraceae
Genus : Persea
Spesies : Persea americana
2.15.2
Morfologi Tanaman Alpukat (Persea americana)
Pohon
alpukat dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian 20 meter dengan daun berukuran
sepanjang 12 hingga 25 cm. Bunganya berwarna hijau kekuningan dengan ukuran 5
hingga 10 milimeter. Sedangkan untuk ukuran buahnya sendiri sangat bervariasi, mulai dari
yag memiliki diameter 7 centimeter hingga 20 centimeter, dan bijinya
berukuran 5 hingga 6,4 centimeter. Buah alpukat adalah tanaman buah bertipe buni yang
memiliki kulit lembut tidak rata berwarna hijau tua hingga ungu kecoklatan, itu
tergantung pada jenis dan varietas buah alpukat yang ditanam.
2.15.3
Kandungan Kimia Daun Alpukat (Persea americana)
Kandungan
zat aktif yang terdapat di daun alpukat (Persea america miller) adalah
saponin, alkaloida dan flavonoida serta polifenol, quersetin dan gula alkali
persiit (Mursito, 2007). Flavanoida merupakan kelompok flavanol turunan senyawa
benzena dapat digunakan sebagai senyawa dasar zat warna alam. Menurut Chang dan
Kinghorn (2001) ada tiga kelompok flavanoida yang amat menarik perhatian dalam
fisiologi tumbuhan yaitu antosianin, flavanol, dan flavon. Antosianin adalah
pigmen berwarna merah, ungu, dan biru. Warna antosianin pertama-tama bergantung
pada gugus pengganti yang terdapat dicincin B. Kedua, antosianin sering
berhubungan dengan flavon atau flavonol yang menyebabkan warnanya menjadi lebih
biru. Ketiga, antosianin berhubungan satu sama lain, khususnya pada konsentrasi
tinggi dan ini dapat menyebabkan efek kemerahan atau kebiruan, bergantung pada
antosianin dan pH vakuola tempat mereka terhimpun. Berdasarkan penelitian
Maryati dkk.(2007), penapisan fitokimia daun alpukat menunjukkan adanya
golongan senyawa flavonoid, tanin katekat, kuinon, saponin, dan steroid/
triterpenoid. Menurut (Sulaeman dkk.,1999) tanin merupakan senyawa fenolik
kompleks yang tersebar luas dalam tanaman, seperti daun, buah yang belum
matang, batang dan kulit kayu. Pada buah yang belum matang, tanin digunakan
sebagai energi dalam proses metabolisme dalam bentuk oksidasi tanin. Lestari
(2014) menyatakan bahwa ekstraksi tanin dari daun alpukat, diketahui total
tanin yang terkandung dalam ekstrak tersebut berkisar antara 15.81 – 22.07 %.
Tanin akan menghasilkan warna coklat.
2.16 Tanaman
Sawi (Brassica juncea L)
Tanaman
Sawi Atau yang biasa disebut Brassica juncea L Adalah salah satu
jenis tanaman sayuran yang mana bisa dipanen dalam semusim. Sami masih
berkerabat dekat dengan tanaman kubis-kubisan seperti, lobak, brokoli dan juga
kubis bunga. Sawi Merupakan tanaman sayuran yang dimanfaatkan daunnya dimana
didalam daunnya memiliki kandungan vit dan gizi yang tinggi yang bisa dimanfaatkan
untuk kesehatan tubuh.
2.16.1
Klasifikasi Tanaman Sawi (Brassica juncea L)
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliophyta
Ordo : Capparales
Familia : Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica juncea L
2.16.2
Morfologi Tanaman Sawi (Brassica juncea L)
Akar pada tanaman sawi
merupakan akar bercabang dan akar tunggang yang memiliki bentuk yang bulat dan
menyebar di permukaan tanah, biasanya akar dapat menembus tanah dengan
kedalaman 30-50 cm. fugsinya yaitu untuk menyerap hara yang berada di permukaan
tanah. Batang pada tanaman sawi biasanya beruas dan memiliki batang yang
pendek. batang sawi memilifi peraan sebagai penopang dan menyangga berdirinnya
daun sawi di atasnya. sedangkan daun sawi itu sendiri memiliki tangkai yang
berbentuk pipih. Daun pada tanaman sawi berbentuk lonjong dan memanjang,
lebar dan memiliki warna hijau muda hingga hijau tua dan tidak memiliki
bulu. tanaman sawi memiliki tangkai daun yang pendek hingga panjang tergantung
jenis tanaman sawinya. Tanaman sawi diketahui memiliki bunga yang memiliki
bentuk memanjang dan memiliki banyak cabang. Tanaman sawi memiliki bunga
dari empat kelopak daun, empat mehakota bunga yang memiliki
warna kuning cerah, empat helai benang sari dan satu buah pitik yang
berongga dua. sedangkan dalam proses Penyerbukan tanaman ini dilakukan secara
alami dengan vabtuan angin dan binatang kecil sekitar. Tanaman ini memiliki
buah dengan bentuk bulat sampai lonjong, memiliki warna keputihan
hingga kehijauan, dan dalam satu buah memiliki biji 2-8 butir biji. Biji
berbentuk bulat dan kecil dan memiliki warna coklat hingga kehitaman,
memiliki permukaan licin, mengkilap, keras dan juga sedikit berlendir.
2.16.3
Kandungan Kimia Daun Sawi (Brassica juncea L)
Kandungan
yang terdapat pada sawi adalah kalori, protein, lemak, karbohidrat, serat, Ca,
P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C.
2.17 Identifikasi Metabolit Sekunder
1. Identifikasi alkaloid
Alkaloid
merupakan kelompok senyawa yang mengandung nitrogen dalam bentuk gugus fungsi
amin. Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang besar. Pada
umumnya, alakaloid mencakup senyawa yang bersifat basa yang mengandung satu
atau lebih atom N sebagai bagian dalam surem siklik.
Struktur
alkaloid beraneka ragam dari yang sederhana sampai yang rumit, dari efek
biologisnya yang menyegarkan tubuh sampai toksik. Satu contoh yang sederhana,
tetapi yang efeknya tidak sederhana adalah nikotin. Nikotin dapat menyebabkan
penyakit jantung , kanker paru-paru, kanker mulut, tekanan darah tinggi, dan
gangguan terhadap kehamilan dan janin.
Cara
identifikasi : sebanyak 5 ml sampel dibasakan
dengan laritan amonium 10% (tes dengan kertas pH) kemudian dipartisi dengan
kloroform (2 X 5ml). Fraksi kloroform digabungkan lalu diasamkan dengan HCl 1
M. Larutan asam dipisahkan dan diuji dengan pereaksi dragendorf atau mayer.
Endapan kuning jingga atau putih menunjukan adanya alkaloid.
Tujuan penambahan
Ammonia berfungsi untuk membasakan dan pengendapan alkaloid agar dapat
diperoleh alkaloid dalam bentuk garam atapun alkaloid dalam bentuk basa bebas.
Kloroform digunakan dengan tujuan dapat menarik senyawa alkaloid karena
alkaloid mempunyai kelarutan yang baik dalam kloroform, alkohol, tetapi tidak
larut dalam air meskpun dapat larut dalam air panas. Setelah itu diberikan
pereaksi dragendorf dimana jika terbentuk endapan kuning jingga berarti
terdapat alkaloid atau pereaksi mayer bila terdapat endapan putih menunjukan
adanya alkaloid.
2. Identifikasi saponin
Saponin
merupakan senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa hasil kondensasi suatu gula
dengan suatu senyawa hidroksil organik yang apabila dihidrolisis akan
menghasilkan gula (glikon) dan non-gula (aglikon). Saponin ini terdiri dari dua
kelompok : saponin triterpenoid dan saponin steroid. Saponin banyak digunakan
dalam kehidupan manusia, salah satunya terdapat dalam lerak yang digunakan
untuk bahan pencuci kain (batik) dan sebagai shampo. Saponin dapat diperoleh
dari tembuhan melalui ekstraksi.
Cara
identifikasi : Uji Saponin
dilakukan dengan metode Forth yaitu dengan cara memasukkan 2 mL
sampel kedalam tabung reaksi kemudian
ditambahkan 10 mL akuades lalu dikocok selama 30 detik, diamati
perubahan yang terjadi. Apabila terbentuk busa
yang mantap (tidak hilang selama 30 detik)
maka identifikasi menunjukkan adanya saponin. Uji
penegasan saponin dilakukan dengan menguapkan
sampel sampai kering kemudian mencucinya dengan
heksana sampai filtrat jernih. Residu yang
tertinggal ditambahkan kloroform, diaduk 5 menit,
kemudian ditambahkan Na2SO4 anhidrat dan disaring. Filtrat
dibagi enjadi menjadi 2 bagian, A dan B. Filtrat A sebagai blangko,
filtrat B ditetesi anhidrat asetat, diaduk
perlahan, kemudian ditambah H2SO4 pekat dan
diaduk kembali. Terbentuknya cincin merah sampai coklat
menunjukkan adanya saponin.
3. Identifikasi steroid
Steroid adalah suatu kelompok senyawa yang mempunyai kerangka dasar
siklopentanaperhidrofenantrena, mempunyai empat cincin terpadu.senyawa-senyawa
ini mempunyai efek fisiologi tertentu. Steroid umumnya berada dalam bentuk
bebas sebagai glikosida sederehana. Hormon-hormon seks yang dihasilkan terutama
pada testis dan indung telur adalah suatu steroid. Hormon jantan disebut
androgen dan hormon betina estrogen dan hormon kehamilan progesteron.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
Dari makalah
tersebut dapat di simpulkan hasil identifikasi senyawa metabolit sekunder
didapatkan hasil sebagai berikut :
1.
Untuk identifikasi golongan alkaloid terbentuk endapan kuning
jingga atau putih.
2.
Untuk identifikasi golongan kuinon terbentuk endapan berwarna
merah.
3.
Untuk identifikasi golongan steroid ditandai adanya cincin
berwarna merah.
No comments:
Post a Comment